Peneliti analisis perilaku gamer – Video game memang mencerminkan kehidupan nyata kita. Setidaknya ia mencerminkan perilaku manusia sebagai player-nya. Hal inilah yang ingin diungkap oleh beberapa peneliti dari University of Buffalo dimana mereka melakukan sebuah penelitian untuk menguak hal ini.
Bagaimana cara mereka melakukannya? Karena yang mereka teliti adalah gamer, maka medium paling tepat untuk meneliti hal ini adalah lewat video game. Yang mereka gunakan adalah sebuah game sandbox MMO ArcheAge. Sejumlah 270 juta rekaman data pengguna digunakan sebagai basis dari penelitian ini. Apa hasil yang ditemukan para peneliti?
Peneliti Analisis Perilaku Gamer Ketika Dunia di Game MMO akan Segera Musnah
Penelitian di game ArcheAge ini dilakukan selama 11 bulan. Hingga data yang mereka kumpulkan cukup banyak dan bervariasi. Game ArcheAge sendiri merupakan sebuah game sandbox MMO bertemakan medieval fantasy yang sudah rilis di banyak negara. Di game ini, player diberikan kebebasan sebebasnya untuk melakukan apapun mulai dari bercocok tanam hingga ‘player killing‘ sekalipun.
Penelitian ini dilakukan pada CBT ke-4 game ArcheAge dan player juga diberitahu kapan akhir dari masa testing game. Hingga para peneliti bisa mendapatkan data soal apa saja yang akan player lakukan jika dunia (dalam hal ini game) akan segera berakhir (ditutup).
Penelitian ini menemukan bahwa meskipun kebanyakan player pada umumnya bersikap seperti biasa, beberapa punya tendensi untuk melakukan kegiatan yang anti-sosial seperti membunuh player lain dalam game. Paper yang bertajuk: “Even if I knew the world would go pieces tomorrow, I would still plant my apple tree” ini mengungkap tidak semua player punya sifat yang baik.
Banyak player yang menghiraukan progres karakter dan menyelesaikan lebih sedikit quest, leveling lebih sedikit, dan serba malas. Walau penelitian seperti ini tidak bisa diambil secara mentah karena perilaku dalam game tidak 100% sama dengan perilaku di dunia nyata, setidaknya ada sedikit kebiasaan manusia yang bisa diambil dari penelitian ini.
Gamer Banyak Lakukan ‘PK’ Karena Gemar Bully Newbie
Peneliti juga menemukan player yang secara sukarela meninggalkan permainan sebelum server-nya tutup lebih menunjukkan sifat anti-sosial di akhir permainan dibanding player yang bertahan hingga server-nya tutup permanen. Peneliti tersebut juga menemukan kalau ‘player killing‘ lebih sering terjadi di awal permainan, menurun di pertengahan, dan kembali naik di akhir permainan.
Paper ini menyebutkan kalau hal ini terjadi karena ketika awal game, ‘PK’ atau ‘player killing‘ banyak terjadi karena player mencoba-coba PvP dimana sebuah hal yang memang lumrah terjadi di game MMO. Apalagi untuk mem-bully newbie.
Sedangkan ‘player killing‘ di akhir game biasanya karena player kembali ke sifat brutalnya ketika tidak ada konsekuensi yang harus mereka tanggung. Para peneliti menggunakan sebuah algoritma untuk membagi player kedalam 4 cluster dan 3 periode waktu (awal, pertengahan, dan akhir game).
Dari semua cluster tersebut, cluster ke-4 yang melakukan ‘player killing‘ terbanyak dan sepanjang permainan. Sedangkan cluster 3 yang paling rendah melakukan hal semacam itu. Jadi kesimpulan yang bisa ditarik dari kejadian ini adalah tidak semua pembunuh itu serupa dan ada juga beberapa yang kelihatan normal namun begitu akhir sudah mulai dekat, memunculkan tendensi untuk melakukan ‘PK’.
Hanya saja tidak semua terdengar suram dan kelam. Ada juga sisi positif dimana interaksi sosial semakin banyak begitu dunia (server) akan berakhir. Player semakin banyak melakukan interaksi seperti chatting dan membangun party walau jumlahnya juga tidak bisa dikatakan signifikan.
Kalau kalian, apa yang akan kalian lakukan jika dunia benar-benar berakhir, brott?
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Andi. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.