Sebelumnya, Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) merilis regulasi tentang Game dan juga Esport untuk Indonesia. Dalam regulasi tersebut, PBESI membuat peraturan – peraturan tentang Game, Esports, Atlet, dan sebagainya.
Banyak sekali tanggapan dari Netizen terhadap regulasi ini. Ada yang menganggap bahwa regulasi ini merupakan hal yang baik, dan tidak sedikit pula yang mengganggap sebaliknya. Penulis disini memberikan opini berdasarkan beberapa poin yang ada pada regulasi tersebut.
Opini ini merupakan opini pribadi penulis yang sebelumnya di-publish terlebih dahulu pada diskusi publik yang dilakukan di sosial media penulis. Berikut adalah Pro dan kontra regulasi PBESI menurut penulis dan teman – teman yang mengikuti diskusi tersebut.
Daftar isi
Pro
1. Esport Dianggap Secara Resmi oleh Negara
Dengan adanya regulasi ini, Esport menjadi hal yang sudah resmi didukung negara karena memiliki regulasi. Tentunya ini membuat orang – orang yang menggeluti dunia Esport menjadi aman karena mereka memiliki regulasi yang jelas.
Kedepannya, masyarakat akan semakin terbuka dan juga tidak memandang esport sebelah mata lagi dengan adanya regulasi ini. Esports akan menjadi sesuatu yang dianggap serius dan bukan sebuah permainan saja.
2. Jenjang Karir yang Pasti Bagi Atlet Esports
Hal ini tentunya membantu banyak sekali pemain amatir untuk memasuki karir dalam bidang Esports. Dengan adanya pembentukan Liga Amatir, Liga 1, Liga 2, dan Liga Franchise berdasarkan regulasi ini, maka pemain yang sebelumnya tidak dapat mendrobak ke liga atas dan hanya terperangkap pada liga amatir pun bisa menjadi pemain profesional.
Memang regenerasi pemain dalam dunia Esport di Indonesia sendiri tidak begitu baik. Beberapa orang pun mulai menyadari hal ini. Dan banyak sekali pemain yang tidak dapat menuju Pro dan berakhir dengan pensiun dari dunia Esports meskipun mereka memiliki talenta yang sangat bagus. Namun dengan adanya regulasi dari PBESI ini, kemungkinan besar pemain pemain yang bernasib sama akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemain Profesional.
3. Perlindungan Terhadap Atlet Dibawah Umur
Regulasi yang diberikan PBESI nantinya memberikan perlindungan terhadap atlet esports dibawah umur. Meskipun belum memberikan perlindungan secara spesifik, namun didalam regulasi ini dikatakan bahwa atlet dibawah umur 18 (Delapan Belas) tahun harus didampingi oleh orang tua maupun wali ketika melakukan kontrak kerja dengan Tim Esports yang merekrutnya.
Kontra
1. Game Esports yang Aktif di Indonesia Menjadi Terbatas.
Disebutkan dalam Bab XVIII perihal Game dan Penerbit Game bahwa Penerbit Game wajib mendaftarkan game mereka kepada PBESI agar dapat beroperasi serta jika menginginkan game nya menjadi esport yang terdaftar, Penerbit Game tersebut harus melakukan permohonan lagi dan juga harus lolos syarat yang ditetapkan.
Syaratnya sendiri tidak begitu banyak, hanya harus memiliki mode kompetitif dan juga harus diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas. Persyaratan dimana game harus diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas sendiri merupakan syarat yang sangat sulit dan tidak memiliki patokan jelas dikarenakan mayoritas game yang diterima oleh masyarakat sendiri tidak banyak.
Dengan adanya regulasi ini, otomatis hanya game game yang sangat terkenal di Indonesia saja yang menjadi Esport seperti Mobile Legends, PUBGM, dan Free Fire saja yang akan menjadi Esports resmi. Sementara itu LoL: Wild Rift, AoV, Valorant, Apex Legends, dan game lainnya yang tidak begitu populer secara luas di sini tidak dapat menjadi game Esports yang diakui oleh PBESI. Padahal, game game tersebut sangatlah populer di luar Indonesia.
2. Atlet Esports yang Memberikan Prestasi Besar Bisa Saja Tidak diakui Prestasinya
Hal ini bisa terjadi dikarenakan game yang mereka mainkan bukan game esport yang diakui oleh PBESI. Contohnya seperti Xepher dan Filemon yang telah lolos The International tahun ini. Mereka berdua beresiko tidak diakui prestasinya karena Valve belum memberikan kejelasan apakah mereka akan mendaftarkan dota 2 sebagai game esport ke PBESI.
Meskipun PBESI mengucapkan selamat kepada kedua atlet tersebut, Mungkin saja ketika Regulasi ini sudah berjalan nanti PBESI tidak menganggap atlet lain yang memiliki prestasi seperti Xepher dan Filemon.
Hal ini tentu menutup perkembangan game esport indonesia untuk dipandang dunia. Pemain pemain yang sangat jago pada game tertentu nantinya harus keluar dari Indonesia untuk bisa bermain secara profesional diluar sana karena game yang mereka daftarkan bisa saja tidak diakui oleh PBESI karena Publisher game nya tidak mengajukan permohonan agar game nya diakui menjadi game Esport.
3. Monopoli Pasar Esports
Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan PBESI sendiri memilik partner Publisher besar yaitu Tencent, Moonton, Garena, dan Lyto. Bisa saja isu – isu seperti kasus terdahulu muncul kembali. Hal ini bisa membuat perkembangan esport di Indonesia menjadi tidak sehat dikarenakan persaingan bisnis antar Publisher tersebut. Diharapkan jika memang Regulasi PBESI ini menjadi patokan utama dalam dunia Esports, PBESI harus bersikap netral dan tidak pilih kasih.
4. Tidak Adanya Kejelasan Tentang Game yang Esports dan Bukan
Point ini berhubungan dengan Point Pertama dalam kontra. Syarat game yang dianggap Esports sendiri masih terlalu Ngaret. Sehingga game seperti Calculator Battle pun masih dapat dianggap Esport berdasarkan kebijakan PBESI jika gamenya mendaftarkan diri dan lolos Syaratnya. Karena Kalkulator sendiri sudah diterima oleh masyarakat Indonesia dan jika pihak publisher melakukan permohonan, game ini bisa lolos.
5. Publisher Game Asing Menjadi Repot
Bisa saja akan semakin banyak game yang tidak masuk ke Indonesia karena Publisher harus mendaftarkan perusahaan mereka di Indonesia untuk dapat mengajukan permohonan pendaftaran agar game mereka dapat beroperasi di Indonesia.
Hal ini mungkin menjadi sebuah lahan bisnis baru dimana Publisher Lokal akan melakukan kerja sama dengan Publiser Asing untuk membawa game ke Indonesia melalui Publisher Lokal.
Dan juga, PBESI sebenarnya tidak memiliki hak atas perizinan pengoperasian Game di Indonesia. Wilayah itu sudah ditangani oleh Indonesia Game Rating System (IGRS). Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang kedepannya bisa membawa permasalahan baru.
6. Tidak ada Liga Ladies dan Junior
Hal ini tentunya menjadi sebuah masalah dikarenakan tidak lengkapnya kategori yang dibuat dalam regulasi PBESI. Hal ini juga diungkapkan oleh salah seorang penggiat Esport tanah air, Maraville. Menurutnya, dengan adanya regulasi ini, Tim Junior atau tim dengan anggota dibawah umur mau tidak mau harus ikut dalam liga amatir karena tidak ada regulasi tentang liga sekolah maupun liga junior.
Begitu juga untuk tim ladies. Penulis telah melakukan pencarian kata “wanita” maupun “Perempuan” dalam Regulasi tersebut, namun tidak mendapatkan hasil. Regulasi ini sama sekali belum memberikan tempat untuk Tim Ladies berkembang.
7. Tidak Ada Regulasi untuk Caster atau Komentator.
Penulis juga melakukan pencarian kata “Caster” ataupun “Komentator” dalam Regulasi PBESI dan tidak mendapatkan hasil. PBESI hanya memberikan regulasi terhadap perwasitan namun tidak secara spesifik untuk Komentator. Sebagai seorang Caster, Penulis sungguh menyayangkan hal ini.
8. Iuran, Iuran, dan Iuran.
Penulis kerap melihat kata iuran dalam regulasi ini. Ada 12 kata iuran dalam 46 halaman Regulasi PBESI. Iuran tersebut berbentuk iuran tahunan dan iuran pembinaan PBESI. Namun masih belum ada detil lanjutan tentang kegunaan iuran ini.
PBESI sendiri menjelaskan di dalam bab XVI tentang Pembinaan Atlet Profesional Indonesia pada Pasal 37 Ayat 1 bahwa PBESI bertugas untuk melakukan pembinaan terhadap Atlet Profesional Indonesia dan pengembangan olahraga Esports bagi penyandang disabilitas, baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Hal ini tentunya menjadi hal yang baik, namun masih belum dijelaskan secara detail pembinaan seperti apa yang akan diberikan.
Benefit yang pemain, Tim Esports, maupun pihak lain yang harus membayar iuran pun masih belum dijelaskan secara detil. Banyak pihak yang masih kebingungan tentang kegunaan iuran ini.
Kesimpulan
Regulasi yang dibuat oleh PBESI memberikan hal yang baik dan juga buruk dalam perkembangan Esports Indonesia. Menurut penulis, PBESI perlu memberikan detil lebih jelas dalam setiap regulasi yang ada. Penulis secara pribadi pada awalnya sangat senang dengan regulasi ini. Namun setelah membaca 46 Halaman dalam regulasi ini, Penulis menjadi sangat sedih. Semoga saja kedepannya regulasi ini akan diperjelas sehingga akan membawa angin segar kedalam perkembangan Esports Indonesia.
Baca juga informasi menarik lainnya terkait Opini atau artikel lainnya dari Javier Ferdano. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com