Review Days Gone — Pengalaman Roller Coaster yang Emosional

Days Gone Review Featured Image

Mengusung genre action-adventure dalam sajian open world yang berpadukan tema zombie post-apocalypse, Days Gone garapan SIE Bend Studio akhirnya rilis pada akhir April yang lalu.

Memegang predikat sebagai game eksklusif Sony tentunya menjadikan Days Gone sebagai game yang diekspektasikan akan sangat berkualitas, dan mampu menyaingi keistimewaan game-game eksklusif dari PS4 lainnya, seperti God of War, Last of Us dan Horizon Zero Dawn misalnya. Namun agaknya, bagi penulis, Days Gone kurang memenuhi ekspektasi sebagai sebuah game eksklusif Sony.

Penulis sendiri sebenarnya tidak terlalu berekspektasi terlalu tinggi terhadap Days Gone. Pertama karena penulis sendiri memang tidak terlalu minat dengan tema zombie post-apocalypse yang benar-benar sudah overused. Yang kedua adalah penulis sendiri masih susah move on dari Red Dead Redemption 2, sebagai game open world yang benar-benar solid dan sangat hidup.

Saat terjun kedalam dunia Days Gone, ekspektasi penulis berhasil dinaikkan, namun juga kerap diturunkan selama permainan berlangsung. Disatu sisi Days Gone memiliki gameplay yang solid dan cerita yang menurut penulis cukup engaging, disatu sisi penulis juga dikecewakan dengan hal-hal seperti cerita yang anti-klimatik dan dibuat frustasi oleh bug-bug yang tersisa serta performa permainan yang buruk.

Maka dari itu, berikut ini akan penulis beberkan beberapa fitur dan elemen yang menarik dari Days Gone, serta berbagai kekurangannya yang sebenarnya memiliki potensi untuk lebih baik lagi. Dan penulis juga mungkin juga akan cukup banyak nitpicking pada review kali ini.


Pengelana di dunia yang sudah berakhir

Alur cerita Days Gone dibuka dengan keadaan negara Amerika bagian Oregon, Farewell yang dilanda kekacauan akibat menyebarnya sebuah virus yang dapat membuat mahluk hidup menjadi sangat agresif dan tidak terkendali. Dan hanya dalam dua tahun, seluruh Amerika dan dunia kini telah dipenuhi dengan manusia yang kini berubah zombie tersebut atau dalam game ini disebut sebagai Freakers.

Dirimu akan berperan sebagai Deacon St. John, seorang mantan tentara Amerika Serikat yang kini hidup sebagai Drifters atau seorang pengelana. Saat outbreak terjadi, Deacon bersama istrinya, Sarah Whitaker, dan sahabatnya, William Gray aka Boozer, mencoba menyelamatkan diri dengan helikopter milik organisasi bernama NERO (National Emergency Response Organization) menuju ke kamp pengungsian. Namun sayang, helikopter tersebut hanya mampu menampung dua orang, dan Deacon memutuskan agar anggota NERO mengangkut Sarah yang terluka parah, sedangkan Deacon akan tinggal dengan Boozer yang juga terluka, karena mereka memiliki kesempatan untuk selamat lebih tinggi jika terus bersama.

Deacon, Boozer, Sarah, dua tahun sebelum permainan.

Beberapa hari kemudian, Deacon bersama Boozer mengunjungi kamp pengungsian milik NERO untuk mengecek kondisi Sarah. Namun sayang, tempat tersebut ternyata sudah dipenuhi dengan segerombolan Freakers (disebut Horde) dan mayat-mayat. Deacon dan Boozer kemudian menghabisi semua Freakers tersebut, namun sama sekali tidak menemukan Sarah. Menyesal karena Deacon sendiri yang mengirimkannya ke kamp tersebut, Deacon tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Selama dua tahun semenjak outbreak, Deacon dan Boozer fokus untuk bertahan hidup, pindah dari satu kamp ke kamp lain, bertemu dengan berbagai orang yang juga berusaha untuk bertahan hidup. Deacon dan Boozer menerima berbagai pekerjaan dari kamp-kamp tersebut, seperti menghabisi segerombolan Freakers dan memburu Marauders atau orang-orang jahat yang rela melakukan apa saja demi bertahan hidup (seterusnya akan penulis sebut sebagai perampok). Pada titik inilah permainanmu dimulai.

Deacon dan Boozer mengejar buronan saat permainan dimulai.

Namun setelah dua tahun yang cukup stagnan tersebut, tiba-tiba helikopter NERO terbang kembali di angkasa Farewell. Deacon yang sulit move on dari istrinya tentu langsung mengejar helikopter milik NERO tersebut, dan mencoba mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan setelah sekian lama menghilang. Namun motif utama Deacon adalah mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi kepada Sarah saat kamp pengungsian NERO tempatnya dirawat diserbu gerombolan Freakers dua tahun yang lalu.


Open World yang ‘hidup’ dengan porsi yang pas

Seperti yang telah penulis jelaskan di awal, hal yang seringkali menjadikan game Open World membosankan adalah dunia yang begitu luas namun terasa kosong atau minim aktivitas. Para developer kemudian berusaha untuk mengisi kekosongan tersebut dengan aktivitas sampingan, random encounter dan collectibles, selain misi utama untuk melakukan progress cerita. Namun hal tersebut terkadang berakhir memberikan kesan permainan yang repetitive atau membosankan.

SIE Bend Studios nampaknya cukup berhasil solving dilema tersebut dengan memberikan porsi yang pas antara misi utama untuk progress cerita dengan aktivitas sampingan, seperti berburu atau membakar sarang gerombolan Freakers, menyergap kamp perampok, serta berbagai random encounter lainnya. Dan aktivitas-aktivitas sampingan tersebut tentunya memberikan berbagai reward yang dapat digunakan untuk lebih mempersiapkan Deacon dalam menghadapi apapun.

Faktor lain yang tentunya membuat Days Gone tidak membosankan adalah dibalik daratan Farewell yang sudah hancur dan penuh dengan Freakers, sang developer tetap mampu memperlihatkan keindahan yang menyelimutinya. Keindahan tersebut tersebar dalam beberapa area Farewell yang juga memiliki karateristik berbeda-beda, seperti kota-kota kecil, area hutan yang terasa sejuk, area gersang yang terasa panas, area bersalju yang juga membuat licin, hingga area lumpur yang sangat kotor.

Jalur rel kereta yang terbengkalai namun tetap terlihat indah dan sejuk.

Tidak ketinggalan grafis yang memukau dan hadirnya sistem pergantian cuaca tentunya menjadi faktor penting dalam game ini, karena dua hal tersebut tentunya membuat tempat-tempat yang kita lewati terasa lebih hidup. Dan game ini sendiri secara tidak langsung mendorong para pemainnya untuk menjelajahi seluk beluk Farewell jika ingin menemukan berbagai aktivitas sampingan tersebut, namun tentunya sambil menikmati pemandangan yang memukau.

Menikmati embun pagi sambil menantikan mentari bersinar.

Motor menjadi partner yang akan kamu andalkan

Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, Days Gone memiliki area yang sangat luas yang akan sangat melelahkan dan memakan banyak waktu jika kamu mencoba menjelajahi area-area tersebut dengan berjalan kaki. Disinilah motormu berperan sangat penting dalam menjelajahi luasnya kota Farewell dengan cepat. Namun perlu diketahui juga bahwa motormu dapat rusak jika dirimu tidak berhati-hati, dan secara berkala harus kamu isi dengan bensin.

Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa tidak ada transportasi lain seperti mobil misalnya. Well, sang developer sisipkan alasan tersebut dalam alur cerita Days Gone, dimana kota Farewell sendiri penuh dengan rongsokan mobil-mobil maupun kendaraan lainnya yang tersebar di tiap-tiap jalan yang akan kamu tempuh, sehingga menggunakan motor adalah pilihan yang tepat untuk bermanuver dengan gesit dan tentunya sampai tujuan dengan lebih cepat.

Lebih cepat dan lebih gesit dalam melakukan manuver daripada menggunakan mobil.

Selain itu, Farewell sendiri memiliki banyak jalan utama yang terputus-putus karena longsor atau secara sengaja dihalangi dengan rongsokan kendaraan misalnya, untuk menyergap Deacon. Sehingga kamu juga seringkali akan melewati jalur-jalur off-road yang penuh dengan Freakers maupun perampok, namun kamu tetap bisa mengandalkan motormu jika memang ingin lepas dari kejaran mereka.

Jalur off-road yang juga penuh dengan Freakers, perampok, maupun hewan buas.

Pada awal permainan, dirimu dibekali dengan motor yang bisa dikatakan lamban, sulit bermanuver, hingga gampang rusak. Days Gone menyediakan fitur kustomisasi yang cukup straight to the point untuk mengembangkan motormu, mulai dari meningkatkan performa mesin, memperkuat motormu dari benturan, memasang nitrous untuk ngebut, hingga mewarnai motormu maupun memasang stickers atau decals untuk tampilan yang lebih keren.

Namun perlu diketahui juga bahwa kontrol mengendarai motor dalam Days Gone bisa dikatakan terasa canggung, terutama saat mencoba bermanuver pada kecepatan tinggi. Sehingga kamu yang biasa memainkan game dengan mekanisme kendaraan yang tetap stabil saat berbelok-belok, tentunya perlu membiasakan diri terlebih dahulu untuk berkendara dalam game ini, dan mungkin juga akan sering menabrak pepohonan atau pembatas jalan (seperti penulis) dalam prosesnya.


Kamp sebagai bagian dari progression

Menjadi bagian utama dari keseluruhan permainan Days Gone, dirimu dapat mengunjungi kamp-kamp besar yang tersebar di Farewell untuk mendapatkan persediaan seperti persenjataan, maupun bensin untuk motormu selama kamu menjelajahi kerasnya dunia Days Gone. Dirimu juga bisa beristirahat di dalam kamp tersebut untuk memajukan waktu dari siang menjadi malam atau sebaliknya.

Salah satu kamp yang akan sering kamu kunjungi dalam permainan.

Namun semenjak dunia telah berakhir, Farewell tidak lagi menggunakan uang sebagai alat untuk bertransaksi, melainkan menggunakan kamp kredit yang bisa kamu dapatkan dengan menjalankan misi utama, misi sampingan, atau aktivitas sampingan seperti berburu Horde dan membakar sarang-sarang Freakers yang tersebar di sekitar masing-masing kamp. Dan perlu diketahui juga bahwa kamp kredit yang kamu dapatkan di satu kamp tidak berlaku di kamp lainnya.

Tiap-tiap kamp memiliki 4 pos yang dengan fungsinya masing-masing, yakni; Bounties untuk dirimu menukarkan hasil berburu Freakers dengan kamp kredit, Kitchen untuk kamu menukarkan daging hasil berburu binatang atau sayuran juga dengan kamp kredit, Merchant untuk dirimu membeli persenjataan atau mengisi ulang peluru, dan Mechanic untuk dirimu mengisi ulang bensin, memperbaiki dan tentunya meng-upgrade motormu seperti yang telah penulis jelaskan pada poin sebelumnya.

Perlu diketahui bawa tiap kamp memiliki persediaan yang berbeda-beda. Satu kamp mungkin akan miliki Merchant yang menyediakan banyak senjata namun miliki Mechanic yang hanya dapat mengisi bensin dan memperbaiki motormu dan tidak bisa meng-upgrade-nya lebih jauh, begitu juga sebaliknya di beberapa kamp lain.

Lebih lanjut, tiap-tiap kamp juga memiliki level Trust yang akan terus meningkat setiap Deacon melakukan misi-misi yang diberikan oleh kamp, ataupun memberikan bounties dan menyumbang persediaan makanan untuk kitchen. Semakin tinggi Trust yang kamu dapatkan di suatu kamp, kamu akan mendapatkan akses untuk mendapatkan senjata dengan stats yang lebih bagus di pos Merchant, ataupun kustomisasi motor yang lebih bervariasi di pos Mechanic.

Senjata-senjata yang bisa kamu beli ketika capai Trust level 3.

Dalam konteks cerita, tiap kamp memiliki pemimpinnya masing-masing dengan idealisnya sendiri-sendiri namun memiliki tujuan yang sama, yakni untuk terus bertahan hidup. Dirimu tentunya akan banyak berinteraksi dengan mereka selama cerita berlangsung, namun secara berkala mereka juga akan memanggilmu via radio untuk memberikanmu misi sampingan seperti memburu buronan atau menyelamatkan anggota kamp yang hilang misalnya.

Tidak hanya itu, memaksimalkan Trust atau kepercayaan kamp padamu juga akan membuka adegan-adegan atau cutscene baru pada suatu titik permainan. Walau memang tidak memberikan sesuatu yang signifikan terhadap permainan, hal tersebut tentunya menjadi detail kecil permainan yang patut diacungi jempol.


Horde sebagai santapan utama

Semenjak pertama kali diumumkan, Days Gone telah memperlihatkan aksi Deacon dalam melawan puluhan hingga ratusan Freakers sekaligus atau disebut sebagai Hordes. Dan dalam permainannya sendiri, selain melawan perampok dan kelompok Rippers, dirimu secara berkala akan berhadapan dengan para Horde tersebut yang tersebar di berbagai pelosok Farewell.

Horde tentu lebih berbahaya daripada Swarmer (Freakers dengan jumlah yang lebih kecil dari Horde), selain karena jumlahnya yang tentu lebih banyak hingga mencapai 500 Freakers sekaligus, jika satu Freaker saja dari antara Horde tersebut menyadari keberadaanmu, maka mereka semua akan mengejarmu tanpa ampun. Dan yang lebih menyusahkan adalah Horde tersebut tidak akan pernah berhenti mengejarmu, namun tentu dirimu dapat melepas kejaran mereka dengan motormu, atau jika staminamu cukup kuat untuk terus berlari menjauhi mereka.

Sedang berkelana, tiba-tiba bertemu dengan Horde dijalan.

Selain itu, Horde juga bisa dikatakan sebagai pedang bermata dua, dimana kamu bisa memanfaatkan mereka untuk membantumu dalam menyerbu kamp milik perampok misalnya. Dirimu bisa menggiring Horde tersebut langsung menuju kamp perampok dan membiarkan kedua kubu ini saling bertempur, dan dirimu bisa mempersiapkan diri sambil bersembunyi  sebelum menghabisi sisanya.

Lebih lanjut, para Horde yang tersebar di Farewell akan terus berpindah-pindah tempat, dimana mereka akan melakukan hibernasi di gua-gua saat siang tiba, dan menjelang malam, mereka akan keluar untuk nongkrong beramai-ramai mencari makanan. Hal ini secara tidak langsung mempermudahmu jika ingin memburu para Horde tersebut.


Elemen combat dengan ragam pendekatan

Days Gone memiliki serangkaian elemen combat yang tentunya tidak asing dan bisa dikatakan cukup umum untuk game-game dengan genre yang serupa. Dimana untuk menghadapi para Freakers dan juga perampok, Deacon tentunya dilengkapi dengan beberapa pilihan pendekatan untuk melakukan serangan secara terbuka maupun secara diam-diam.

Tidak ada salahnya untuk kabur demi hidup untuk melawan mereka di hari esok

Dirimu dapat menggunakan senjata api mulai dari pistol, submachine gun, assault rifle, shotgun, lightmachine gun hingga frag grenade, pipe bomb maupun molotov untuk menghabisi banyak musuhmu dengan cepat, namun tentunya suara senjata api yang sangat kencang juga dapat mengundang banyak Freakers yang berada di sekitar tempatmu bertempur. Namun dirimu juga dapat melakukan pendekatan yang lebih tidak bersuara dengan membeli suppressor untuk senjata-senjatamu, atau menggunakan crossbow.

Namun jika dirimu lebih suka pendekatan personal, kamu juga dapat melakukan serangan jarak dekat dengan menggunakan Melee Weapon seperti pentungan baseball, golok, kapak, batang kayu dan masih banyak lainnya yang bisa kamu temukan di berbagai tempat. Deacon tentunya juga dilengkapi dengan pisau yang dapat digunakan untuk menyerang dan melakukan stealth takedown.

Menggunakan Melee Weapon tentu sangat efektif pada jarak dekat.

Dirimu juga bisa menggunakan trap seperti proximity bomb atau remote bomb, serta perlengkapan utilitas lainnya seperti smoke bomb, flashbang, atau distractor untuk mengelabui musuh-musuhmu. Dimana secara tidak langsung terdapat juga elemen strategi untuk dirimu menyusun rencana sebelum menghabisi seisi kamp perampok misalnya.

Selain itu, dirimu juga bisa memanfaatkan elemen lingkungan saat bertempur dengan para perampok maupun para Horde. Misal memasang perangkap beruang ataupun menembaki jerigen, tong merah, tanki bensin untuk meledakkan banyak musuh secara bersamaan, dimana taktik ini tentunya akan sering kamu manfaatkan dalam menghadapi serbuan Horde. Dirimu juga didorong untuk memanfaatkan bangunan seperti melewati jendela untuk lepas dari kejaran musuh-musuhmu dan membuat mereka kebingungan dalam mencarimu.

Deacon akan mendapatkan experience dari semua musuh yang kamu habisi. Setiap naik level, dirimu akan diberikan poin yang bisa dialokasikan untuk memperkuat kemampuan-kemampuan Deacon. Ada tiga kategori kemampuan yang bisa kamu kembangkan sesuai dengan gaya permainanmu, yaitu; Melee Combat, Range Combat, dan Survival. Experience juga bisa kamu dapatkan melalui misi-misi sampingan dari kamp ataupun random Encounter.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Melee Combat untuk pendekatan yang lebih barbar dan personal.

Tidak kesampingkan elemen Survival

Masih sedikit berhubungan dengan poin yang sebelumnya, Days Gone juga hadirkan elemen survival yang perlu diperhatikan selama permainan berlangsung. Salah satunya adalah fitur untuk crafting, dimana kamu bisa mengumpulkan material-material yang tersebar di seluruh Farewell, dan nantinya bisa kamu manfaatkan untuk membuat berbagai perlengkapan yang berguna saat menjelajah atau saat combat.

Tentu tidak sedalam dan sekompleks game-game yang memang fokus pada elemen survival seperti The Forest, Subnautica, Rust, Day Z dan semacamnya. Dalam Days Gone, crafting dapat dilakukan dengan cukup instan menggunakan menu wheel. Kamu yang pernah memainkan game seperti Horizon Zero Dawn tentu tidak asing dengan sistem crafting seperti ini, dimana permainan akan berjalan sangat pelan saat memasuki menu wheel, dan kamu dapat melakukan crafting dengan mengarahkan pilihan pada item yang ingin kamu buat.

Menu wheel dengan mekanisme crafting yang instan.

Lebih lanjut, persediaan seperti peluru dan bensin memang bisa kamu beli di kamp dengan menukarkan kamp kredit, namun dua hal tersebut tentunya juga bisa kamu temukan selama menjelajah Farewell. Dirimu dapat menemukan peluru melalui ammo box yang bisa sering kamu temukan pada mobil-mobil polisi, kemudian bensin bisa kamu isi ulang di pom bensin atau melalui jerigen.

Days Gone juga secara tidak langsung mendorong pemainnya untuk menjelajah kota Farewell demi mengumpulkan material untuk crafting. Salah satunya yang cukup penting adalah Scrap yang cukup mudah ditemukan dimana-mana, dan tentunya akan banyak kamu gunakan untuk crafting. Selain itu, Scrap juga bisa kamu manfaatkan untuk memperbaiki durabilitas motormu serta durabilitas senjata melee yang kamu bawa.

Tidak hanya mencari material, saat menjelajah, kamu juga akan menemukan berbagai perlengkapan yang ditinggalkan oleh organisasi NERO. Mulai dari pos pemeriksaan hingga situs penelitian yang telah ditinggalkan, dirimu akan menemukan rekaman yang sedikit menjelaskan kondisi yang terjadi di sekitar tempatmu menemukan rekaman tersebut. Tidak hanya itu, dirimu juga akan menemukan NERO injector yang dapat digunakan untuk meningkatkan status Endurance milik Deacon.

Salah satu NERO Checkpoint yang akan kamu temui.

Karakter Deacon dibangun sebagai Lone Wolf

Deacon St. John tentunya hadir sebagai sebuah karakter yang cukup unik dan cukup memorable, bahkan mungkin bisa disandingkan dengan karakter-karakter keren lainnya seperti Kratos dari serial God of War, Arthur Morgan dari Red Dead Redemption 2, ataupun Joker dari Persona 5 misalnya.

Kebanyakan karakter utama atau protagonis pada sebuah video game cenderung dibuat mampu untuk melawan apapun seorang diri. Hal tersebut tentu bisa dimaklumi karena pada umumnya, video game dibuat dengan pendekatan semi-realistik. Misal, karakter seperti Kratos yang diceritakan sebagai dewa yang dapat melawan ribuan musuh bahkan dewa-dewa lainnya tentu sah-sah saja, namun bagaimana dengan Deacon yang seorang manusia biasa, sendirian dalam melawan ratusan Freakers dan perampok setiap harinya?

Deacon memandangi sisa-sisa dunia.

Seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya, Deacon merupakan mantan seorang tentara, dimana secara tidak langsung hal tersebut menjelaskan bahwa Deacon diperlengkapi dengan pengetahuan-pengetahuan militer dan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup yang lebih tinggi dari kebanyakan orang saat dunia berakhir. Lebih lanjut, selama permainan berlangsung, Deacon dijelaskan memahami berbagai taktik maupun strategi dalam penyergapan, sehingga dirinya dibuat mampu dalam menghabisi satu kamp perampok bahkan tanpa ketahuan sekalipun. Dan saat akan menghadapi sebuah horde, Deacon juga diperlihatkan lebih memilih untuk melawan mereka semua sendirian, karena jika ada lebih dari satu orang, maka Horde tersebut akan tersebar dan semakin sulit untuk menghabisi semuanya sekaligus.

Selama permainan berlangsung, sosok Deacon juga diperlihatkan sebagai seorang yang keras kepala dan bisa dikatakan tidak stabil. Pada satu sisi, Deacon diperlihatkan sangat peduli kepada orang-orang yang telah membantunya, sebagian besar karena favour for favour, namun terkadang dirinya juga rela membahayakan dirinya untuk orang-orang terdekatnya, seperti menyusup ke sebuah kamp penuh orang-orang bersenjata demi menyelamatkan kawannya Boozer yang terluka parah. Di sisi lain, Deacon juga diperlihatkan sebagai sosok yang tidak keberatan untuk membunuh, bahkan terkadang terdengar seperti seorang maniak, dimana hal ini seringkali bisa kamu lihat melalui monolognya selama permainan berlangsung.

Ketidakstabilannya tersebut sebagian besar disebabkan karena Deacon masih belum mampu memaafkan dirinya sendiri atas keputusannya yang harus berakhir kehilangan istrinya, Sarah. Selama permainan berlangsung, dirimu juga akan mengunjungi masa lalu Deacon, dimana sebagian besar menceritakan hubungannya dengan Sarah sebelum outbreak terjadi. Mengingat momen-momen tersebutlah yang membuat Deacon tetap mampu mengendalikan dirinya selama bertahan hidup di dunia yang sudah berakhir ini.

Flashback saat Deacon melamar Sarah.

Namun sayang, Deacon yang sudah dibangun dengan sangat bagus ini memiliki desain yang bisa dikatakan biasa saja. Penulis akui memang dirinya terlihat cukup tampan dan bewoknya membuatnya terlihat lebih macho, namun selain itu, keseluruhan desainnya yang diperlihatkan sebagai anggota geng motor tidak memberikan kesan yang begitu berarti, dan justru banyak karakter lainnya yang menurut penulis memiliki desain yang lebih menonjol.


Formula cerita yang cukup umum dan kurang memorable

Hal lainnya yang membuat karakter Deacon tidak terlalu bersinar adalah balutan cerita yang menurut penulis kurang memorable. Formula penceritaannya sendiri sebenarnya juga tidak asing, bahkan cukup umum jika kamu pernah bermain game-game ataupun menyaksikan tontonan dengan tema yang serupa, seperti The Walking Dead misalnya, sehingga apa yang terjadi berikutnya seringkali bisa dengan mudah diprediksi.

Namun bukan berarti keseluruhan cerita Days Gone tidak menarik. Penulis sendiri menganggap bahwa Days Gone memiliki cerita yang cukup engaging dan secara berkala membuat penulis penasaran, terutama soal asal muasal munculnya Freakers. Tidak hanya itu, Days Gone juga tentunya memiliki saat-saat yang berkesan, seperti saat menyaksikan momen-momen romantis antara Deacon dan Sarah, dimana hal tersebut terkadang membuat penulis baper.

Flashback pernikahan Deacon dan Sarah.

Satu hal lainnya yang penulis suka dari Days Gone adalah game ini memiliki pacing atau tempo penceritaan yang  menurut penulis sangat pas dan tidak tergesa-gesa. Hal ini penulis sangat rasakan ketika sudah hampir melibas habis aktivitas sampingan dalam area pertama Days Gone. Merasa sudah bosan padahal baru perempat awal permainan, namun ketika cerita berlanjut, Days Gone ternyata hadirkan area baru untuk dijelajahi, dimana hal tersebut langsung menghilangkan rasa bosan dan membuat penulis semangat untuk terus melanjutkannya.

Penulis melihat pembatasan area ini sebagai usaha sang developer agar Deacon tidak overpowered pada awal permainan dengan melakukan berbagai aktivitas sampingan. Penulis sendiri memang biasanya selalu menghabiskan misi atau aktivitas sampingan sebelum melanjutkan cerita, dan dalam beberapa kasus, benar benar membosankan. Namun hal yang dilakukan sang developer ini tentunya cukup solving dilema tersebut, dimana hal ini secara tidak langsung membuat Deacon berkembang dengan cukup seimbang seiring berjalannya cerita.

Mengunjungi Lost Lake Camp.

Hal lainnya yang membuat Days Gone kurang berkesan adalah tidak adanya momen-momen permainan yang bisa membuat penulis tercengang. Sebagai contoh, penulis benar-benar dibuat kehilangan kata-kata saat menjalankan misi Blood Feuds, Ancient and Modern pada Red Dead Redemption 2, dimana momen pada misi tersebut dibangun dengan kuat dan dibalut dengan soundtrack yang menggugah emosional. Dan penulis mengakui bahwa momen tersebut benar-benar menjadi salah satu momen terbaik dalam sejarah video game.

Days Gone sebenarnya memiliki satu misi yang cukup menarik dimana Deacon bersama Boozer akan melakukan balas dendam dengan meledakkan sebuah bendungan untuk menghabisi para Rippers. Sudah dibangun dengan cukup kuat melalui misi-misi sebelumnya, rangkaian misinya yang justru biasa saja serta boss Rippers yang menjadi target utama misi ini justru sangat mudah dikalahkan dan malah terkesan anti-klimaks. Hal tersebut sayangnya tidak hanya terjadi sekali saja, dan penulis sendiri kerap bergumam “udah, gitu aja?” ketika menyelesaikan misi tersebut.


Performa yang buruk dan bug yang bikin frustasi

Salah satu hal yang mungkin paling membuat penulis kecewa dengan game ini adalah performa yang cukup buruk untuk ukuran konsol. Sejatinya penulis sendiri tidak masalah jika sesekali terjadi penurunan fps karena memang bermain di konsol tidak akan selancar bermain di PC spesifikasi tinggi. Namun jika penurunan fps tersebut terjadi secara berkala dan permainan tiba-tiba freeze bahkan juga crash, hal tersebut tentunya memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi para pemainnya.

Days Gone tentunya juga tidak lepas dari berbagai bug yang tertinggal di dalam gamenya, dan beberapa diantaranya cukup membuat penulis frustrasi. Sebagai contoh, penulis mendapati sebuah bug saat mencoba menyelamatkan seseorang yang diculik perampok. Bug tersebut membuat penulis tidak bisa melihat jejak-jejak para perampok tersebut walau berada dalam area pencarian. Iseng muter-muter di sekitar area tersebut, penulis akhirnya menemukan tempat para perampok tersebut bersembunyi dan langsung menghabisi mereka semua. Dan saat mencoba berinteraksi dengan orang yang akan penulis selamatkan, game tidak memberikan pilihan seperti biasanya, Deacon dan orang tersebut hanya diam saja saling bertatapan, dan penulis tidak bisa melakukan apa-apa dan terpaksa merestart permainan.

Tidak hanya itu, random encounter dalam game ini juga cukup aneh, entarh karena bug atau memang desain yang demikian. Dirimu secara berkala akan mendapatkan sebuah peringatan dan juga tanda tanya pada mini map yang menandakan adanya random encounter. Namun tanda tanya tersebut akan hilang dengan cepat dan tidak menunjukkan seberapa jauh jarak antara kita dengan lokasi random encounter tersebut, bahkan di dalam menu map. Hal ini seringkali juga membuat penulis frustrasi, karena tidak jarang penulis turun dari motor dengan jarak yang masih jauh dari lokasi, dan sering juga berhenti terlalu dekat dengan lokasi. Sebagai contoh, random encounter dengan objektif untuk menyelamatkan seseorang yang diculik misalnya, ketika penulis berhenti terlalu dekat, maka seseorang tersebut bisa saja akan langsung dieksekusi oleh para perampok yang menculiknya.

Namun pemain juga menemukan beberapa bug lainnya yang tidak game-breaking namun malah terlihat sangat kocak. Salah satunya adalah para gerombolan Freakers yang tergeletak sambil bergaya ketika diserang dengan senjata ledakan seperti frag grenade misalnya. Hal lainnya adalah bug dimana motor yang dirimu kendarai bisa menjadi kasat mata, dan lebih kocaknya, bug tersebut bisa kamu aktifkan secara manual melalui photo mode.

Daripada tergeletak biasa, mending tergeletak dengan pose.

Perlu diketahui bahwa pihak developer sendiri sudah memberikan beberapa patch selama penulis bermain Days Gone, dan salah satunya yang berhasil tidak penulis temui lagi adalah crash yang terjadi secara berkala, namun masih sering terjadi freeze. Dan saat ini Review ini ditulis, sang developer juga telah mengeluarkan patch 1.09, dimana salah satu fokus patch tersebut adalah pada permasalahan penurunan frame rate. Well, setidaknya hal ini menunjukkan bahwa sang developer tidak tinggal diam terhadap gamenya yang bermasalah tersebut.


Potensi yang kurang dikembangkan lebih jauh.

Ada beberapa hal yang menurut penulis memiliki potensi untuk lebih menguatkan keseluruhan permainan Days Gone. Namun sayang, potensi-potensi tersebut nampaknya tidak dikembangkan lebih jauh oleh sang developer, dan penulis sendiri merasa kecewa ketika detail-detail permainan yang penulis temukan tidak memenuhi ekspektasi. Bagian ini mungkin akan terlihat sangat nitpicking.

Pertama adalah motor yang dirimu kendarai dan kembangkan selama permainan, dimana pada akhirnya motor tersebut hanya kamu gunakan sebagai moda transportasi saja. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, Deacon selalu diperlihatkan dengan motornya dalam berbagai media promosi Days Gone, namun ketika permainan berlangsung, tidak ada semacam ikatan batin ataupun cerita yang menyelimuti antara Deacon dengan motornya. Hal ini tentunya benar-benar disayangkan, karena seharusnya bisa menjadi potensi yang lebih memperkaya cerita Days Gone.

Akhirnya sekedar menjadi moda transportasi saja.

Kemudian potensi berikutnya ini sebenarnya agak tidak berhubungan dengan konten yang ada dalam game Days Gone. Jika kamu mengikuti perkembangan Days Gone sejak awal, mungkin kamu menyadari bahwa pada beberapa trailer gameplay perdananya, game ini memiliki elemen choice matter. Namun sayang, elemen ini dihilangkan pada saat perilisannya, kamu bisa cek artikelnya pada halaman ini.

Deacon secara berkala akan dihadapi dengan berbagai pilihan-pilihan saat melakukan berbagai misi yang berhubungan dengan alur cerita, dimana tiap-tiap pilihan yang diberikan kepada Deacon akan memiliki konsekuensinya masing-masing pada kelanjutan permainan. Hal tersebut juga secara tidak langsung mengindikasikan bahwa Days Gone sebelumnya direncanakan memiliki cerita bercabang dan ending yang berbeda.

Seperti yang bisa lihat pada gambar diatas, Days Gone sendiri nampaknya juga direncanakan memiliki sistem moral yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter Deacon. Tidak hanya itu, interaksi dengan para NPC mungkin juga akan berbeda-beda, seperti mungkin saja Deacon akan dapatkan harga diskon untuk membeli persediaan bila memiliki moral baik, begitu juga sebaliknya. Dan selama memainkan Days Gone, penulis sendiri juga mendapati beberapa cutscene-cutscene yang jika diperhatikan dengan baik-baik, cutscene tersebut nampaknya juga direncanakan akan memberikan Deacon pilihan-pilihan.

Sang developer sendiri sempat angkat bicara mengenai hal ini, dimana keputusan tersebut dilakukan karena mereka ingin membuat karakter Deacon menjadi lebih kuat dengan menghadirkan alur cerita yang linear. Alasannya lainnya adalah pemain mungkin akan sedikit kebingungan dengan elemen choice matter tersebut. Tidak jelas apa yang dimaksud akan membuat kebingungan, namun penulis yang sejatinya sudah sering bermain game-game dengan elemen choice matter, elemen seperti ini justru yang semakin memperkaya permainan, bahkan secara tidak langsung memberikan replay value.

Days Gone juga memiliki beberapa detail kecil yang sesungguhnya berpotensi dalam memberikan pengalaman bermain yang immersive, namun nampaknya dihiraukan begitu saja. Salah satu diantaranya bahkan membuat penulis cukup terganggu selama permainan, yaitu fitur penggunaan senter. Perlu diketahui bahwa Deacon sama sekali tidak memegang senter atau mengenakan senter sama sekali, namun yang bikin penulis cukup kesal adalah cahaya senter tersebut akan tetap mengikuti kamera, terlepas Deacon menghadap kemanapun.

Ngadep kebelakang kok senternya tetep ngarah kedepan.

Beberapa hal yang patut diacungi jempol.

Days Gone juga tentunya memiliki detail-detail besar maupun kecil yang penulis rasa patut untuk diacungi jempol. Salah satunya adalah desain menu interaktif yang benar-benar sangat simpel dan minimalis, namun tetap elegan dan tentunya cukup memorable. Selama ini penulis hanya menyukai menu interactive dari game Persona 5 yang terlihat sangat nyentrik serta sangat bervariasi di tiap menunya. Kini menu interactive dalam Days Gone juga menjadi favorit penulis setelah Persona 5.

Hal lainnya yang patut diacungi jempol adalah adalah deretan soundtrack permainan yang digarap oleh komposer bernama Nathan Whithead. Walau memang sebagian besar soundtrack tersebut hanya alunan instrumental, hampir semua musiknya benar-benar dapat mewakilkan perasaan takut, sedih, kengerian, dan harapan dalam terus bertahan hidup di dunia yang sudah berakhir tersebut.



Tidak ketinggalan yang kini sedang ngetren pada game AAA zaman now adalah fitur photo mode. Sejatinya penulis juga cukup sering menjadi tukang foto untuk berbagai acara hajatan, namun cukup jarang menggunakan fitur photo mode dalam berbagai game karena berbagai alasan. Dan untuk pertama kalinya, penulis sangat intensif dalam menggunakan fitur photo mode dalam Days Gone, selain karena fitur tersebut berusaha untuk membentuk replika langsung dari mekanisme sebuah kamera, Days Gone juga menjadi taman bermain yang sangat cocok untuk menghasilkan foto-foto yang indah.

Sebagai informasi, hampir semua gambar yang bisa kamu lihat pada poin-poin sebelum, merupakan hasil dari fitur Photo Mode dalam Days Gone. Atau kamu bisa cek foto-foto lainnya pada akun penulis melalui link ini.


Kesimpulan

Menghabiskan waktu untuk bermain Days Gone bisa diibaratkan dengan menaiki sebuah roller coaster yang sangat emosional. Dimana disatu sisi Days Gone sukses menghadirkan pengalaman bermain yang menyenangkan melalui gameplay yang cukup solid sebagai sebuah game open world, setra dibalut dalam alur penceritaan yang cukup engaging. Dan disatu sisi lainnya, game ini juga sukses membuat penulis merasa frustrasi dan kecewa, karena penulis melihat cukup banyak potensi yang diabaikan.

Namun satu hal yang patut diacungi jempol adalah SIE Bend Studio bukanlah sebuah studio yang bisa dikatakan besar. Usaha mereka dalam menghadirkan game seperti Days Gone dengan keterbatasan yang tidak dimiliki developer-developer besar tentunya sangatlah luar biasa. Penulis sendiri menaruh harapan besar pada developer satu ini dan membuat Days Gone sebagai pondasi bagi mereka untuk membuat game yang jauh lebih baik kedepannya.

Exit mobile version