[REVIEW] Sekiro: Shadows Die Twice – Pesona Luar Biasa Dalam Siksaan Tanpa Henti!

Sekiro™ Shadows Die Twice 20190326012239

Kemampuan From Software dalam ranah industri game tak dapat diragukan lagi, melalui sebuah eksperimen dengan Demon’s Souls, akhirnya mereka dapat menciptakan genre baru. Sebuah genre yang menyediakan siksaan dengan tingkat kesulitan super tinggi sebagai daya tarik utama, yang pada akhirnya menjadi cikal bakal kehadiran ketiga judul Dark Souls dan sebuah judul Bloodborne.

Tak mau ambil aman dengan kelima seri Soulsborne-nya tersebut, kini Form Software coba mendorong genre souls-like menuju level yang lebih tinggi. Mereka coba menyuntikan sesuatu yang baru kedalam genre andalannya tersebut melalui Sekiro: Shadows Die Twice. Hampir berakhir sebagai sebuah game Tenchu terbaru, From Software justru berubah pikiran dan memutuskan game tersebut sebagai sebuah judul game baru. Sebuah judul game yang memiliki perpaduan elemen Dark Souls dan Tenchu, yang pada akhirnya justru mampu merangkai sebuah identitas orisinalnya sendiri.

Bagi kalian yang telah sempat membaca first impression dari kami, tentunya sudah mendapat gambaran tentang apa yang sebenarnya ditawarkan From Software dalam game souls-like ambisiusnya yang satu ini. Dan sesuai janji kami sebelumnya, kini tiba bagi kami untuk memberikan pembahasan Sekiro: Shadows Die Twice melalui review kali ini.

Story

Mengambil setting waktu era kebrutalan Sengoku Jepang, perang bergelora tanpa henti dan hanya menyisakan kematian tanpa arti. Seorang ksatria berbakat – Isshin Ashina berhasil memadamkan peperangan tanpa henti dan mengambil alih daerah kemenangannya.

Seorang ksatria handal – Isshin Ashina berhasil memenangkan perang yang telah lama berlangsung.

Akhir dari peperangan tersebut menyisahkan seorang anak kecil berjuluk “Wolf” yang telah kehilangan segalanya. melihat sosok Wolf yang sendirian ditengah medan perang, seorang Shinobi berjuluk “Owl” memutuskan untuk menyelamatkan Wolf. Owl membesarkan Wolf seperti anaknya sendiri, ia juga mempersiapkan ketrampilan Wolf sebagai sosok Shinobi handal yang siap untuk mengemban tugas.

20 tahun berlalu, sang ayah memperkenalkan Wolf pada sosok tuan muda pewaris garis keturunan istimewa – Kuro, Owl meminta Wolf untuk bersumpah menjaga tuan muda barunya tersebut begaimanapun caranya, termasuk mempertaruhkan nyawanya sekalipun. Tentunya ini bukanlah pekerjaan yang mudah bagi Wolf, karena Genichiro Ashina – cucu dari sang ksatria legendaris Isshin Ashina mengincar kekuatan istimewa yang dimiliki Kuro.

Mengambil sumpah dibawah “kode baja”, tugas Wolf hanyalah satu – menjaga keselamatan tuan mudanya.

Seperti yang bisa ditebak, Wolf harus berhadapan dengan Genichiro, kemampuan Genichiro yang terlihat tangguh seperti sang kakek justru berakhir membuat Wolf kehilangan lengan kirinya, membiarkan Wolf tergeletak untuk mati, Genichiro berhasil menawan Kuro. Namun untungnya takdir berkata lain, diselamatkan oleh seorang pemahat kayu misterius, Wolf terbangun di sebuah kuil dengan sebuah lengan prosthetic yang telah tersemat menggantikan lengan kirinya yang putus.

Pertarungan sengit demi melindungi sang tuan muda berakhir membuat Wolf kehilangan lengan kirinya.
Untungnya takdir berkata lain, Wolf berhasil selamat dan terbangun dengan sebuah lengan prostestic yang telah tersemat menggantikan lengannya yang putus.

Mulai dari sinilah ia menyandang predikat baru sebagai Sekiwan No Ookami (One Armed Wolf/Serigala Bertangan Satu) atau yang lebih akrab dijuluk sebagai “Sekiro”. Sebagai seorang Shinobi yang loyal dan taat pada iron code, Sekiro harus mengemban tugas utamanya, yaitu merebut kembali Kuro dan melindunginya bagaimanapun caranya.

Sekiwan No Ookami alias “Sekiro”.

Tentunya semuanya tak akan berjalan dengan mudah, Sekiro harus menghadapi berbagai rintangan termasuk mengalahkan para iblis yang menghalangi jalannya. Lantas, mampukah Sekiro merebut kembali Kuro dari cengkraman Genichiro yang berhasrat memperoleh kemampuan istimewanya? Tantangan apa sajakah yang akan dihadapi Sekiro dalam perjalanan berbahayanya? dan apa sajakah konflik yang akan ditemui Sekiro? semua pertanyaan tersebut akan terjawab melalui Sekiro: Shadows Die Twice.

Petualangan baru dimulai!

Penceritaan yang Kini Lebih Eksplisit

Tak lagi implisit seperti kelima seri Soulsborne, kini From Software melakukan pendekatan penceritaan yang terasa jauh lebih terbuka. Melalui berbagai cutscene yang ada, kalian akan lebih mudah memahami tentang cerita yang coba disampaikan From Software melalui Sekiro: Shadows Die Twice.

Kini cerita disampaikan secara lebih terbuka melalui ragam cutscene yang ada.

Namun walaupun demikian, tak sepenuhnya diceritakan secara gamblang, mereka juga tetap menyisipkan gaya penceritaan yang implisit, dan tentunya akan memaksa kalian menyelusuri beragam hal yang tak diceritakan melalui cutscene yang ada. Untuk mengetahui tiap lore secara mendalam, kalian harus membaca tiap deskripsi tempat & item yang ada, hingga berbicara dengan para NPC yang ditemui di sepanjang permainan.

Monster yang satu ini memiliki kisah menarik yang diceritakan secara implisit, dan tentunya harus kalian cari tahu sendiri.

Seperti kelima seri Soulsborne, From Software juga tetap menyelipkan opsi choice matters, dimana tiap keputusan yang kalian buat akan berpengaruh pada jalan cerita. Sekiro: Shadows Die Twice memiliki 4 ending yang berbeda, yang kesemuanya terlihat sangat menarik untuk dikuak, dan tentunya akan semakin menambah replaybility dari game tersebut demi mengetahui seluruh ending.

From Software tetap menyematkan sistem choice matters dengan 4 ending berbeda yang siap membuat kalian penasaran.

Selamat Datang di Dunia Baru!

Bicara tentang From Software, tentu kita berbicara pula tentang kemampuan mereka menyajikan dunia yang indah kedalam tiap game racikannya. Sempat dibuat kagum dengan ragam arsitektur Eropa khas abad pertengahan melalui Demon’s Souls & ketiga judul Dark Souls, serta arsitektur khas era Victorian dalam Bloodborne. Kali ini From Software coba menyuguhkan sebuah dunia dengan tema baru, sebuah dunia indah dan masif sekaligus brutal di era Sengoku Jepang sebagai lokasi utamanya.

Keindahan alam serta arsitektur Jepang di masa lampau mampu disuguhkan dengan sangat apik dan siap membuat kalian terpana. Tiap kastil yang menjulang tinggi, pesona alam penuh bunga sakura yang indah, hingga deretan patung Budha mengiasi, seolah mampu membawa kalian berada pada era Sengoku di masa lampau.

Tak hanya daratan saja, kini dalam Sekiro: Shadows Die Twice kalian dapat berenang dan menyelam hingga ke dasar. Selain terlihat mempesona, dunia bawah air yang ditawarkan menyimpan banyak bahaya didalamnya yang siap untuk membawa kalian pada kematian.

Gameplay

Hadir sebagai sebuah game souls-like di tangan From Software, bukan berarti Sekiro: Shadows Die Twice memiliki mekanisme permainan yang serupa. Ragam fitur “membantu” yang disematkan From Software pada gamenya kali ini bukan berarti akan menghadirkan skema permainan yang lebih mudah. Bagi kalian yang telah “ahli” dalam kelima seri Soulsborne, bila tak mau beradaptasi dengan mekanisme baru dalam game ini, maka kami yakin kalian akan mengalami sebuah kesulitan yang tentunya akan kembali menaikan rasa frustasi.

Enggan beradaptasi dengan mekanisme baru, dijamin akan membuat kalian kerepotan.

Tetap Tanpa Ampun!

Lebih mudah atau lebih susah ketimbang seri Soulsborne, hal tersebut tergantung dengan cara bermain kalian sendiri. Bagi kalian yang terbiasa dengan build kecepatan di seri Soulsborne, tentu tak akan terlalu mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Namun bagi kalian yang punya gaya bertarung tank ataupun balance di seri Soulsborne, kini mau tak mau kalian harus beradaptasi dengan irama pertarungan cepat nan intens dalam game ini.

Betapa sakitnya dibanting dengan tangan kosong.

Di mata kami sendiri, kami cukup merasakan kesulitan yang berarti dan tentunya cukup untuk membuat kami terperangkap pada boss yang sama selama beberapa jam. Namun begitu telah terbiasa dan mampu menguasai berbagai mekanisme yang ada, kami bisa mengatakan bahwa Sekiro: Shadows Die Twice tetap terasa “tanpa ampun” dan siap memberikan siksaan tanpa henti, namun tetap “adil”.

Sebuah mekanisme baru yang unik di mata kami, ialah hadirnya vitality & posture, tak akan terpaku untuk sekedar menghabiskan health bar lawan. Kini kalian akan dihadapkan 2 opsi untuk menundukan tiap musuh yang ada, pertama, kalian dapat sedikit demi sedikit mengurangi vitality musuh melalui serangan-serangan penuh strategi yang tak mampu mereka tangkis. Kedua melalui pertarungan pedang intens demi mengurangi posture lawan, metode kedua inilah yang membuat irama pertarungan terasa lebih cepat, namun juga terasa lebih menegangkan.

Dihadapkan dengan 2 opsi pertarungan, taktis dengan menurangi vitality lawan secara perlahan, atau bertarung intens mengurangi posture lawan.

Alih-alih “kabur-kaburan”, kalian akan dihadapkan pertarungan langsung yang membuat kalian mempertahankan vitality & posture yang kalian miliki, namun juga sekaligus berusaha mengurangi posture lawan melalui sistem deflect dan serangan yang kalian lontarkan. Begitu kalian mampu membuat bar posture lawan penuh, maka akan secara otomatis membuat mereka tertunduk dan kalian berkesempatan melancarkan “death blow”. Sebuah serangan pamungkas 1 tombol yang secara otomatis akan membuat vitality/ health bar lawan langsung terkuras habis.

Habiskan posture lawan dengan cepat memungkinkan kalian melancarakan sebuah serangan pamungkas – death blow.

Namun tentunya opsi yang satu ini lebih punya banyak resiko, dimana saat kalian gagal melakukan deflect, maka damage musuh yang sadis akan langsung menguras vitality kalian. Sama halnya bila kalian kehabisan posture karena sering melakukan block & deflect, maka kalian kan langsung tertunduk dan musuh punya kesempatan terbuka untuk langsung melancarkan serangan.

Tak hanya mekanisme baru, beberapa mekanisme lawas juga coba disuntikan From Software kedalam gamenya kali ini. Contohnya adalah konsep checkpoint ala bonfire & healing item ala estus flask dari Dark Souls, dengan mengaktifkan bonfire, yang kali ini berjuluk sculptor idol, kalian dapat melakukan reset musuh, beristirahat, dan melakukan fast travel.

Mekanisme lawas ala bonfire juga tetap kembali hadir.

Sementara healing item disini disebut sebagai “healing gourd”, sebuah kendi minuman penambah vitality yang tak ubahnya bagai estus flask. Tentunya healing item tersebut dapat ditambah kapasitasnya melalui upgrade, yang tentunya memerlukan item khusus berjuluk “gourd seed”.

Lebih Mudah Sekaligus Sulit Dibanding Soulsborne

Ada banyak hal yang membuat Sekiro: Shadows Die Twice terasa lebih mudah sekaligus lebih susah ketimbang Soulsborne. Lebih mudah karena kini permainan bisa dilakukan secara stealth, dengan menghabisi musuh secara sekali serang tanpa harus terlibat pertarungan. Tak hanya berlaku pada musuh biasa, mini boss dengan 2 vitality terkadang dengan cara yang tepat, 1 bar vitality yang mereka miliki dapat langsung dikuras habis melalui stealth. Dengan demikian, kalian dapat membuat melakukan pertarungan terbuka dengan mini boss yang hanya memiliki 1 bar vitality saja.

Elemen stealth membuat pertarungan yang tak diperlukan dapat dengan mudah diakhiri.

Absennya sistem stamina juga memungkinkan kalian untuk “kabur” bila kalian tengah terpojok tanpa harus memikirkan sistem stamina. Lalu hadirnya prosthetic arm yang punya beragam ability untuk dibuka juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pertarungan. Prostethic arm tersebut memiliki beragam ability unik didalamnya, meluai dari dapat diubah menjadi flame vent yang siap menyemburkan api, menyiapkan shuriken untuk dilempar, hingga melepas firecracker untuk membutakan lawan.

Kemampuan khusus dari prosthetic arm akan membantu kalian dalam pertarungan.

Selain itu, karena dunianya yang luas, prosthetic arm tersebut juga memungkinkan sistem travesal berjalan dengan lebih efisien. Dimana kalian dapat grapple dari prostesthic arm tersebut untuk menggapai bangunan, pohon, & platform yang lebih tinggi.

Tentunya juga sangat berguna untuk berpindah tempat secara cepat.

Menyematkan judul “Sekiro: Shadows Die Twice“, judul tersebut hadir bukan tanpa arti, Hidetaka Miyazaki sempat menginginkan game racikannya tersebut berjudul “Sekiro” saja. Namun kemampuan yang dimiliki Sekiro untuk dapat hidup kedua kali pasca kematian membuat ia menyematkan judul yang kita kenal sekarang ini. Sistem resurrection yang hadir memungkinkan kalian untuk dapat hidup kembali di tengah pertarungan tanpa harus mengulang dari sculptor idol sebelumnya.

“Shadows Die Twice”, judul tersebut bukan hadir tanpa arti.

Namun tentunya resurrection tak dapat dilakukan berkali-kali, begitu resurrection bar masih tertutup dan kalian kembali mati, maka kalian akan langsung kembali pada sculptor idol sebelumnya. Fitur tersebut tentunya juga punya konsekuensi bila sering kali digunakan, dimana konsepnya, Sekiro hidup kembali, namun menggunakan elemen kehidupan dari orang lain. Hal tersebut akan memicu penyakit berjuluk Dragon Rot yang akan memberikan dampak pada para NPC dan membuat mereka merasa kesakitan.

Namun untungnya, hal tersebut dapat disembuhkan dengan item berjuluk Dragon Droplet, selain menyembuhkan, item tersebut juga berguna untuk meningkatkan Unseen Aid. Bila kalian mengalami kematian, kalian akan kehilangan setengah dari mata uang yang telah kalian kumpulkan, disini Unseen Aid berguna untuk mencegah hal tersebut terjadi. Berbentuk kesempatan, Unseen Aid akan memberikan kesempatan 30% agar uang kalian tak menghilang saat kalian mati.

Tersembuhkannya Dragon Rot, membuat presentase Unseen Aid meningkat maksimal 30%

Sekiro Shadows: Die Twice juga menyematkan sebuah mekanisme, yang tak hanya terasa memudahkan, namun juga terlihat unik, yaitu ninjutsu, sebuah teknik khusus yang terpicu ketika kalian berhasil melakukan stealth. Beberapa teknik ninjutsu yang jadi favorit kami adalah “puppeteer “, seperti namanya, kalian dapat memanipulasi musuh dan menjadikannya sahabat loyal yang siap bertarung dan mati untuk kalian.

Ninjutsu yang satu ini memungkinkan kalian membuat lawan menjadi kawan.

Dengan berbagai kemudahan tersebut, tentunya From Software menyelipkan berbagai elemen yang membuatnya terasa seimbang. Disatu sisi memang terasa lebih mudah, namun dilain sisi Sekiro: Shadows Die Twice juga punya tantangan yang siap untuk membuat rasa frustasi bergejolak. Skema pertarungan baru yang dihadirkan terasa lebih intens, bahkan melawan musuh biasa sekalipun, punya pergerakan yang cepat, tentu tiap musuh yang hadir juga punya pergerakan cepat yang tak kalah brutal pula.

Tak hanya itu, beberapa musuh punya kemampuan khusus yang siap untuk mengubah gaya permainan kalian sewaktu-waktu. Contohnya seperti mahkluk aneh bersenjatakan suling sakti yang satu ini, meskipun punya vitality yang tipis, bila tak berhati-hati, maka ia dapat mengubah Sekiro menjadi kakek tua tak berdaya yang akan langsung tewas dengan sekali pukul.

“mahkluk tua dan aneh ini tampaknya rapuh”
“kualat lu tong”

Bila berbicara tentang genre souls-like yang From Software miliki, maka tak lengkap rasanya bila tak membahas daya tarik utamanya, yaitu melalui boss fight yang mereka suguhkan. Kali ini mereka benar-benar mampu menyuguhkan pertarungan boss fight yang tak hanya adiktif, namun juga intens dan siap untuk membuat kalian bertekuk lutut.

Game ini menyediakan 2 tipe boss fight, yakni main boss & mini boss yang keduanya selalu mampu menghadirkan tantangan yang terasa intens dan tentunya tak jarang akan membuat layar kalian menampilkan kanji yang bertuliskan “death”. Salah sedikit saja, 2-4 kali tebasan dari main boss maupun mini boss siap mempertemukan Sekiro pada kematian. Tiap boss tersebut juga punya kelemahannya masing-masing untuk ditundukan, mulai dari yang harus dihadapi dengan cepat melalui pelemahan posture, dihadapi penuh strategi dengan mengurangi vitality, hingga dihadapi  melalui tindakan maupun item khusus yang harus diperoleh terlebih dahulu.

Tiap boss terkadang membutuhkan cara berbeda untuk ditundukan.

Menariknya lagi, beberapa boss fight dihadirkan dengan inovatif, menuntut kalian untuk bersabar menghadapinya karena ia “tak kasat” mata. Hingga membuat kalian menghadapi pertarungan intens didalam air, yang tentunya tak hanya menyediakan pergerakan area horizontal saja, namun juga vertikal.

Pertarungan tak hanya berlangsung di darat saja.

Tak hanya kemampuan luar biasa yang siap membuat rasa frustasi memuncak, deretan boss yang hadir memiliki desain yang terlihat menarik. Mulai dari biarawan sesat dengan postur tubuh besar, pendekar dengan tombak raksasa, ular putih dengan ukuran super masif, hingga monster merah dengan kekuatan api yang siap mengintimidasi nyali kalian.

(jangan liat kesini, jangan liat kesini, jangan liat kesini)

Buang sistem upgrade ala Soulsborne dimana kalian tak dapat menentukan build & gaya bertarung kalian sendiri, kini sistem upgrade akan berupa skill tree. Ada ragam ability pasif maupun aktif yang dapat kalian unlock dengan exp point tertentu, seperti combo baru, hingga skill pasif yang akan berguna dalam pertarungan. Prosthestic arm sebagai salah satu penyumbang elemen gameplay juga dapat diupgrade dengan beragam ability baru, yang tentunya akan semakin kuat secara bertahap.

Diperlukan beragam item tertentu untuk melakukan upgrade padaprosthetic arm.

Tentunya berbagai boss yang telah dapat kalian tundukan akan memberikan reward khusus, mini boss akan memberikan kalian reward berupa “prayer beads”. Dimana bila kalian berhasil mengumpulkan keempat prayer beads tersebut, kalian dapat memperkuat vitality & posture dari Sekiro melalui upgrade. Sementara main boss akan memberikan reward berupa “memory” yang dapat digunakan sebagai upgrade untuk memperkuat daya serang.

Memory yang didapat setelah mengalahkan main boss dapat digunakan untuk melakukan upgrade.

Berakhir menganggap Sekiro: Shadows Die Twice terasa kurang menantang? kalian dapat membunyikan Demon Bell untuk membuat Sekiro mengalami buff. Buff tersebut akan membuat tiap musuh yang dihadapi terasa lebih kuat, mulai dari segi vitality hingga daya serang. Opsi lainnya? tentu datang melalui new game plus yang dapat diakses setelah menamatkan cerita utama, namun tentunya, selain menghadirkan musuh yang lebih kuat, new game plus akan memberikan reward yang lebih besar bagi kalian yang mengharapkan xp lebih.

Masih terasa “mudah”, coba bunyikan bel raksasa ini.

Visualisasi yang Menawan!

Dunia masif yang menawan di era Sengoku Jepang berhasil dipresentesikan secara manis malalui kualitas visual yang memukau. Masih gunakan engine yang sama dengan Dark Souls 3, Sekiro: Shadows Die Twice tetap mampu terlihat memanjakan mata. Sebagai buktinya? kalian dapat melihat tiap screenshot yang telah kami abadikan di sepanjang review kami kali ini.

Tiap detail yang hadir, mulai dari lighting, shadow, fog, hingga reflection mampu mempercantik tiap environment yang ada. Sementara dari segi pertarungan, tiap efek yang tersaji mampu memperkuat atmosfir pertarungan yang terasa imersif, efek seperti darah, ledakan, hingga percikan api dari denting pedang mampu tersaji sangat apik.

Soundtrack yang Tetap Ciamik!

Tak dapat dipungkiri bahwa soundtrack merupakan salah satu elemen paling krusial dalam sebuah game, bila diracik dengan tepat, maka soundtrack akan mampu menyuguhkan sebuah pengalaman bermain yang terasa lebih imersif. Bila bicara tentang From Software, tentunya kita bicara pula tentang deretan soundtrack ciamik yang melekat pada tiap game racikannya. Soundtrack memang jadi salah satu kekuatan dalam tiap game racikan From Software, 5 seri Soulsborne yang mereka hadirkan selalu mampu menghadirkan soundtrack yang siap membuat para pemain terbius.


https://www.youtube.com/watch?v=PNdDm-6bGr4


Kabar baiknya? kali ini From Software tetap konsisten dan berhasil menyuntikan deretan soundtrack ciamik pada Sekiro: Shadows Die Twice. Sempat meracik ragam soundtrack luar biasa melalui Dark Souls 2-3 & Bloodborne, kali ini sang komposer handal – Yuka Kitamura kembali membuktikan kemampuannya. Beralih dari ragam soundtrack yang kental akan alunan nada eropa di abad pertengahan, kali ini ia berhasil menyuguhkan deretan soundtrack yang mampu merepresentasikan betapa indah sekaligus brutalnya era Sengoku Jepang di masa lampau.



Tiap soundtrack yang disuguhkan terasa mampu membangun suasana permainan agar terasa lebih mendalam, tiap momen yang hadir mampu dibalut dengan soundtrack yang terasa match. Momen emosional diiringi soundtrack yang mampu menggugah rasa empati, begitu pula saat momen intens, mampu disuguhkan dengan apik dan siap menggugah adrenalin para pemain.

Conclusion

Keluar dari zona nyaman dan coba mendorong genre andalannya menuju tingkat level yang lebih tinggi, melalui Sekiro: Shadows Die Twice From Software terbukti mampu buktikan tajinya. Memang masih punya beberapa kekurangan minor didalamnya, namun kesemuanya tersebut mampu tertutupi melalui berbagai elemen positif yang disematkan From Software.

Ragam inovasi yang mereka suntikan pada game ambisiusnya kali ini berakhir sangat memuaskan, tingkat kesulitan yang tetap “tanpa ampun” seperti kelima seri Soulsborne, namun dibalut dalam formula berbeda. Akhirnya justru membuat Sekiro: Shadows Die Twice tampil tampil tak hanya sebagai sebuah game yang adiktif, namun juga mempesona di berbagai aspek lainnya.

Sama sekali tak mengherankan bila kami berakhir menganggap Sekiro: Shadows Die Twice sebagai sebuah game yang memiliki pesona luar biasa yang dibalut dengan siksaan tanpa henti. Kami juga cukup yakin untuk menilai Sekiro: Shadows Die Twice sebagai game terbaik di sepanjang quartal pertama di tahun 2019 ini.


Baca juga berita atau artikel menarik lainnya dari Author.

Contact: erenhartd@gamebrott.com

Exit mobile version