12 Sekuel Game yang Justru Lebih Buruk daripada Game Pendahulunya

Sekuel Burul

Ketika sebuah video game terjual laris manis dan mendapatkan feedback yang sangat positif dari para fans, pastinya sang developer akan tertarik untuk membuat game lanjutannya atau mungkin lebih populer disebut sebagai sekuel. Tidak hanya itu, bahkan beberapa diantaranya dibuat menjadi serial ataupun franchise, seperti Assassin’s Creed, Grand Theft Auto, Call of Duty dan berbagai serial lainnya.

Namun ironisnya, ketika sekuel sebuah game diharapkan untuk jadi lebih bagus daripada game sebelumnya, yang cukup sering terjadi adalah hadirnya sekuel yang justru tidak menyamai kualitas dari game pendahulunya, bahkan tidak jarang juga menjadi jauh lebih buruk. Beberapa sekuel diantaranya juga justru merubah drastis elemen permainan yang jadi poin utama dari game sebelumnya.

Maka dari itu, sebagai salah satu bentuk kepedulian penulis demi terciptanya game-game sekuel berkualitas dimasa yang akan datang, berikut ini beberapa sekuel game yang menurut penulis justru lebih buruk daripada game-game pendahulunya.

Setiap orang memiliki preferensi dan seleranya masing-masing, sekuel-sekuel yang tercantum dibawah ini tidak selalu menjadi game yang terburuk, anggap saja ini sebagai curhatan kekecewaan penulis karena ekspektasi yang tidak terpenuhi.


1. Dragon Age 2

Dragon Age: Origins garapan BioWare terkenal memiliki elemen gameplay dan battle system yang solid serta penyajian jalan cerita yang menarik penuh dengan karakter-karakter dengan latar belakang uniknya masing-masing. Namun yang menjadikannya sebagai game RPG fenomenal pada zamannya adalah pemain dapat memilih jalan ceritanya sendiri yang nantinya akan memiliki konsekuensi yang berbeda pada ending, bahkan pada game-game berikutnya.

Akan tetapi sekuelnya yang berjudul Dragon Age 2 justru tidak hadir seperti yang diharapkan. Memang battle system nya sendiri mengalami peningkatan dan cerita dan karakter-karakter yang disajikan tetap menarik. Akan tetapi yang membuat game ini menjadi sangat membosankan adalah lokasi permainan yang sangat sedikit, berbeda dengan game pertamanya yang kaya akan kota dan dungeon untuk dijelajahi. Hal membosankan lainnya adalah desain antar dungeon yang tidak jauh berbeda satu sama lain, membuat permainan terkesan berulang-ulang.


2. Killzone: Shadow Fall

Serial Killzone garapan Guerrilla Games bisa dikatakan jadi salah satu game FPS yang nggak kalah seru dibandingkan dengan serial game FPS lainnya seperti Call of Duty maupun Battlefield. Gameplay dan jalan cerita yang sangat kental akan tema futuristiknya menjadikan game ini memiliki keunikan sendiri dalam rana game FPS dari Killzone pertama hingga Killzone 3.

Sekuel paling terakhir yang berjudul Killzone: Shadow Fall memang menawarkan grafis yang sangat menawan, namun nampaknya hanya hal itu saja yang patut diacungi jempol. Gameplaynya sendiri tidak ada perkembangan yang signifikan, seperti AI yang masih biasa-biasa saja dan sangat mudah dikalahkan. Kemudian kontrol pergerakan karakter yang justru jadi canggung, kemudian jalan cerita yang membosankan dengan karakter-karakter yang kurang memorable.


3. Devil May Cry 2

Buat kamu yang belum tahu, awalnya Devil May Cry direncanakan sebagai lanjutan dari serial Resident Evil yang keempat. Namun karena gameplaynya yang justru tidak horror lagi, Capcom sebagai developer memutuskan untuk membuatnya menjadi serial tersendiri. Dari situ lahirlah game Devil May Cry dengan elemen utama hack and slash serta karakter Dante yang keren dan arogan.

Namun pada Devil May Cry 2, esensi yang bikin game Devil May Cry jadi seru dan menyenangkan justru menghilang. Dante yang hobinya ribut-ribut trash talk sambil menebas para setan-setan justru dalam sekuel keduanya tersebut menjadi tidak banyak omong dan sangat pendiam. Tidak hanya itu, walau memang gamenya hack and slash, Devil May Cry 2 bahkan bisa diselesaikan cukup dengan button mashing untuk melawan semua setan yang ada tanpa perlu banyak memikirkan combo yang tepat.


4. Medal of Honor: Warfighter

Medal of Honor garapan EA juga menjadi salah satu game FPS paling ikonik pada masa kejayaan PS1. Sekuel Medal of Honor terus bermunculan bersamaan dengan Activision yang juga meluncurkan game FPS Call of Duty. Namun pada akhirnya, perilisan serial Medal of Honor beberapa tahun terakhir ini cenderung berada dibalik bayang-bayang kepopuleran serial Call of Duty.

Medal of Honor beberapa kali mencoba mengikuti jejak Call of Duty dengan menghandirkan nuansa peperangan modern dalam gamenya, salah satunya adalah Medal of Honor: Warfighter. Namun pada akhirnya, sekuel paling terakhir dari Medal of Honor ini terkesan hanya menjiplak Call of Duty tapi dengan kualitas lebih buruk; seperti AI yang tidak agresif sama sekali, jalan cerita yang biasa saja dan gamenya sendiri yang sangat mudah diselesaikan tanpa ada tantangan yang berarti, dimana hal ini sangat berbeda dari serial-serial Medal of Honor sebelumnya.


5. Musashi: Samurai Legend

Brave Fencer Musashi garapan Square Enix bisa dikatakan sebagai permata yang tersembunyi dibalik bayang-bayang kepopuleran Final Fantasy. Game Action-RPG ini menyuguhkan Story yang memorable, boss battle yang menarik, protagonis yang kocak, bahkan sistem fatigue dan day/night cycle yang mungkin sangat jarang zaman itu.

Akan tetapi sekuelnya yang berjudul Musashi: Samurai Legend justru menghilangkan hal-hal yang penjadi poin penting dan positif dari game pendahulunya. Walau memang sequelnya memiliki grafis yang lebih bagus dan elemen Action yang lebih dari prequelnya, game keduanya ini merubah elemen permainannya dari free-roam linear menjadi linear saja aka membosankan. Boss fightnya sendiri tidak lagi bervariasi dan bisa dikalahkan dengan sangat mudah, namun hal yang mungkin menjengkelkan adalah desain dan suara sang protagonis yang justru tidak lagi kocak namun terkesan menyebalkan.


6. Borderlands: The Pre-Sequel

Borderlands garapan Gearbox Software hadir sebagai game FPS yang menggabungkan elemen RPG. Jalan cerita yang disuguhkan dalam desain atmosfir meriah dan kocak, penuh karakter-karakter unik dan nyeleneh, juga sistem kelas yang bervariasi disetiap serinya, menjadikan game Borderlands sebagai salah satu game FPS terunik yang pernah ada.

Namun sayang sekuel ketiganya yang berjudul Borderlands The Pre-Sequel justru tidak lagi menyenangkan. Walau memang gameplaynya yang menambahkan elemen shooter dalam luar angkasa jadi premis yang menarik dan juga karakter-karakter baru dengan kemampuan baru, desain level dalam sekuel ketiganya ini kurang variatif ditambah dengan gap kemampuan antara pemain dan AI yang sangat tinggi, memaksamu untuk leveling terus menerus. Misi utama yang membosankan bahkan side quest yang tidak berarti, dan yang paling mengecewakan adalah kurangnya variasi senjata dalam game ini.


7. Duke Nukem Forever

Kamu mungkin mengingat Duke Nukem sebagai game FPS yang penuh dengan lelucon dewasa dan tokoh yang mirip dengan aktor berotot, Arnold Schwarzenegger. Game yang juga digarap oleh Gearbox Software ini  seringkali disamakan dengan game Doom, bahkan sang developer sempat iseng memasukkan easter egg Doom dalam game Duke Nukem 3D.

Menjadi salah satu game terfavorit pada zamannya, sekiar 15 tahun menunggu fans justru dikecewakan dalam sekuelnya yang berjudul Duke Nukem Forever. Tentu grafis menjadi lebih bagus dan tetap membawa atmosfir dewasa ala Duke Nukem, namun gameplaynya sendiri sangatlah membosankan, lelucon yang ketinggalan zaman dan ditambah dengan kontrol permainan yang tidak intuitif untuk sebuah game FPS.


8. DOOM 3

DOOM garapan id Software mungkin memang memiliki gameplay yang tidak jauh berbeda dengan Duke Nukem yang lebih dulu hadir selisih dua tahun. Berbeda dengan Duke Nukem yang mencoba hadir sebagai game FPS kocak penuh lelucon dewasa, DOOM muncul sebagai game FPS dengan premis melawan setan setan dari neraka tanpa henti sambil diiringin musik metal. Doom kemudian menjadi game klasik yang juga ikonik pada masanya.

Pada sekuelnya yang berjudul DOOM 3, sang developer nampaknya ingin melakukan pendekatan baru dengan menjadikannya lebih horor. Atmosfir yang lebih gelap, fitur penggunaan senter, setan-setan yang tidak lagi main keroyokan, dan yang paling parah adalah hilangnya musik-musik metal yang menjadi nilai jual game-game DOOM sebelumnya. Tentu gamenya sendiri memang menarik sebagai game horor, namun benar-benar tidak berasa seperti sebuah game DOOM.


9. Mass Effect: Andromeda

Mass Effect tentunya menjadi salah satu game terbaik yang digarap oleh BioWare bersamaan dengan Dragon Age. Walau memang serial bergenre Shooter Action-RPG ini masih kaku dalam game pertamanya, sekuel kedua dan ketiganya bisa menghadirkan gameplay yang lebih solid, ditambah dengan penyajian cerita ala Visual Novel penuh dengan karakter-karakter unik dan menarik.

Walau demikian, kesuksesan para sekuelnya nampaknya tidak berlaku pada sekuel keempatnya yang berjudul Mass Effect Andromeda. Sebuah sekuel sudah seharusnya digarap dengan lebih ambisius daripada prequelnya, namun ME:A justru benar-benar hadir sebagai Mass Effect yang penuh kekacauan; mulai dari penyajian cerita yang membosankan, gameplay penuh dengan bug dan glitch yang merusak estetika permainan, dan tentu yang paling kontroversial adalah animasi yang jelek untuk ukuran game AAA zaman now.


10. Assassin’s Creed Revelation

Assassin’s Creed langsung menjadi game yang sukses saat pertama kali rilis pada tahun 2007. Game Action-Stealth garapan Ubisoft ini menghadirkan permainan open world dan parkur yang pada saat itu menjadi salah satu genre yang paling diminati oleh banyak orang. Assassin’s Creed 2 kemudian hadir dengan lokasi baru dan tentunya hal-hal baru yang membuat serial game tersebut semakin fenomenal dan menjadi serial tahunan Ubisoft.

Cerita Assassin’s Creed 2 dilanjutkan dalam cerita Assassins’s Creed: Brotherhood yang juga tidak kalah seru dengan para prequelnya. Namun pada Assassin’s Creed: Revelation yang dibuat sebagai penutup cerita Assassin’s Creed 2 justru berakhir mengecewakan. Memang jalan cerita yang disuguhkan dalam game ini masih menarik, namun minimnya fitur maupun elemen gameplay yang baru membuat game ini jadi terasa cepat membosankan. Hal tersebut ditambah dengan latar permainan yang tidak seindah game-game sebelumnya, membuat game ini menjadi salah satu game Assassin’s Creed yang tidak meninggalkan kesan berarti selain sebagai penutup cerita sang karakter Ezio Auditore.


11. Dino Crisis 3

Dino Crisis hadir dengan elemen gameplay yang serupa dengan serial Resident Evil, dimana game yang juga digarap Capcom ini memakai pendekatan Survival Horror dengan twist zombie yang diganti oleh Dinosaurus. Dino Crisis dan Dino Crisis 2 kemudian menjadi salah satu game ikonik untuk platform PS1.

Namun kesuksesan para pedahulunya tidak berlaku untuk Dino Crisis 3. Mencoba membawa serial tersebut menuju luar angkasa dan melawan dinosaurus dengan desain Alien sendiri sebenarnya jadi premis yang cukup menarik, namun pada akhirnya sekuel terakhirnya ini justru menghilangkan elemen Horror dalam gamenya dan terkesan lebih disajikan sebagai Alien Shooter. Dan yang lebih buruk adalah sistem kamera yang justru membuat karakter jadi lebih sulit untuk dikontrol dalam bergerak dan mengarahkan senjata.


12. Star Wars Battlefront 1 & 2 (EA)

Star Wars Battlefront dan Star Wars Battlefront 2 garapan Pandemic Studios mungkin menjadi dua game terbaik Star Wars yang pernah penulis mainkan di PS2. Menyajikan pertarungan antar tim dengan berbagai pilihan fraksi dan kelas, memerankan karakter-karakter penting dalam Star Wars, tidak ketinggalan pertarungan luar angkasa dengan kapal-kapal tempur ala Star Wars benar-benar menjadikan kedua game ini sebagai game Star Wars yang sangat fenomenal.

Namun pada sekuel atau remake yang digarap oleh EA, game Star Wars ini justru terlihat hadir sebagai game penghasil uang. Remake Star Wars Battlefront yang pertama memang mengalami peningkatan grafis yang sangat jauh dari game sebelumnya, namun disini tidak hadir pertempuran luar angkasa yang justru jadi nilai jual game sebelum-sebelumnya. Pertempuran luar angkasa kemudian hadir di remake Star Wars Battlefront 2, namun lagi-lagi gameplay yang sudah hadir lebih menarik, harus berada dibalik bayang-bayang ketamakan sang publisher. Hal ini tentunya membuat gamenya yang harus selalu online tersebut tidak butuh waktu lama untuk sepi akan pemain.


Kira-kira inilah beberapa sekuel game yang mengecewakan yang tidak mampu memberikan kepuasan yang sama seperti pada game-game sebelumnya. Nah! Apakah kamu juga pernah merasakan hal yang sama pada game-game diatas? Atau justru kamu dikecewakan oleh sekuel game lainnya? Yuk share pengalamanmu melalui komentar!

Exit mobile version