10 Game Horor PS1 yang Membuat Kita Trauma Saat Kecil

Game Horor PS1 bikin trauma

Walau console PS1 saat itu memiliki tampilan grafis 3-D yang belum serealistis console-console saat ini, faktanya tidak sedikit rilisan game horor kala itu masih sukses membuat bulu kuduk bergidik.

Tidak hanya itu, beberapa game di antaranya tak jarang membuat kita mengalami trauma berat pasca memainkannya. Membuat kita mungkin enggan untuk mencobanya kembali, namun disaat bersamaan dibuat penasaran akan kelanjutan permainannya…

Ingin sedikit mengajak bernostalgia, berikut ini adalah 10 game horor PS1 yang mungkin sukses membuat kamu trauma saat kecil tersebut.

1. OverBlood (1997)

Dikembangkan oleh Riverhillsoft. dan dilluncurkan oleh Electronic Arts, OverBlood hingga kini diingat sebagai game survival horror pertama yang menggunakan teknologi 3 dimensi penuh pada lingkungannya.

Di game ini kita memainkan karakter bernama Raz Karcy (bernama Lars untuk rilisan Eropa). Ia adalah salah satu dari sekian banyak yang dijadikan sebagai kelinci percobaan eksperimen genetis oleh Lystra Laboratories. Sebagai Raz, kita harus bisa kabur dan mencari tahu identitas dirinya yang sesungguhnya.

Tampilan dan feel nya yang sangat realistis serta, puzzle-puzzle yang super menantang, sukses membuat kita tegang banget di sepanjang permainannya.

2. D (1995)

Kalau masih ingat, memasuki pertengahan 90an banyak sekali game yang menerapkan konsep interactive movie. Genre ini menampilkan storyline serta gameplay melalui format sinematik. Salah satunya adalah Night Trap (1987) yang mempelopori genre tersebut.

Di D, kita memainkan seorang digital artist bernama Laura Harris. Setelah mengetahui ayahnya yang seorang dokter, Richter Harris, melakukan pembunuhan dan teror di rumah sakitnya, sang putri pun mau tidak mau harus melakukan investigasi. Namun sesampai di rumah sakit, tiba-tiba rumah sakitnya berubah menjadi sebuah istana.

Lebih menariknya lagi, gamenya berikan tekanan kepada kita karena harus bisa menyelesaikan gamenya dalam waktu 2 jam saja tanpa melakukan save game sama sekali.

3. Alone in the Dark: The New Nightmare (2001)

Penulis kala itu memainkan game ini di PS2. Tapi versi PS1 dari game ini juga ada kala itu. Hanya beda-beda tipis perbedaannya. Namun untuk experience, sama-sama seramnya. Karena tidak seperti seri-seri Alone in the Dark terdahulu, The New Nightmare benar-benar menghidupkan judul gamenya.

Semua environment nya sangat minim cahaya. Dan untuk bisa menyelesaikan gamenya, kita harus terus menghidupkan senter. Tidak hanya digunakan untuk mengetahui struktur level atau keberadaan musuh saja. Namun senternya juga sangat berguna untuk mengetahui petunjuk (clue) penting yang tersembunyi dalam gelapnya.

Pada tahun 2005, game ini diadptasi ke dalam film oleh sutradara Uwe Boll (BloodRayne). Dan ya, kita tahu bukan bagaimana hasil akhirnya?

4. Koudelka (1999)

Dikembangkan oleh Sacnoth, Koudelka sebenarnya adalah game RPG Jepang. Namun karena memiliki latar abad awal 19 dan banyak unsur monster, maka game inpun juga bisa dikategorikan sebagai game horor.

Plot game ini berpusat pada tiga karakter protagonis: Koudelka Lasant, Edward Plunkett, dan uskup James O’ Flahery yang harus mengungkap misteri di Biara Nemeton.

Tampilan grafis gamenya memang tidak berbeda jauh dari kebanyakan konsep tampilan game RPG. Tapi yang membuatnya beda adalah jauh lebih halus dan keseluruhan environment nya yang dark & creepy.

6. Parasite Eve (1998)

Siapa yang tidak tahu dengan game RPG-action berbau horor kental ini? Parasite Eve bisa dikatakan adalah Resident Evil nya Squaresoft.

Juga ada yang menyamakannya seperti seri TV hit 90an, The X-Files. Game ini mengisahkan detektif polisi wanita cantik Aya Brea yang harus menghentikan wanita bernama Eve yang ingin menghancurkan umat manusia.

Sebenarnya secara gameplay, Parasite Eve tidak berbeda dengan game RPG lainnya. Alias, bukan karena gameplay nya kita kengerian. Melainkan, karena tampilan grafis sekaligus konsep plot ceritanya.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

5. Nightmare Creatures II (2000)

Sekuel Nightmare Creatures (1997) berfokus pada si karakter antagonis game pertamanya, Adam Crowely. Crowley, kini telah sukses menciptakan ragam ras mutant yang digunakannya untuk menghabisi pemburu monster, The Circle.

Dan kita di game ini, memainkan Herbert Wallace. Wallace adalah pasien Crowley di rumah sakit genetika nya. Sebagai Wallace kita harus mencari Crowley dan juga memusnahkan seluruh ras mutant ciptaannya tersebut.

Walau Nightmare Creatures II tidak mendapatkan resepsi sekeren seperti pendahulunya, namun dikarenakan tampilan grafisnya yang terlihat lumayan realistis, membuat tampilan monster sekaligus atmosfirnya, terasa menegangkan. Pokoknya tidak kalah deh dari Resident Evil atau Clock Tower.

 

4. Clock Tower (1996)

Walau memiliki judul sama dan merupakan game Clock Tower pertama di console PS1, namun rilisan ini justru adalah sekuel dari rilisan orisinil PC nya di tahun 1995. Disini, kita kembali memainkan karakter protagonis utama game orisinilnya, Jennifer Simpson.

Setelah melalui event traumatik di game orisinilnya, ia kini diasuh oleh asisten profesor psikologi di Olso, Norway, Helen Maxwell. Helen menjadi terapis Jennifer untuk membantunya menghilangkan trauma yang ia alami di event game pertamanya.

Namun sesi terapi menjadi kacau balau setelah si villain utama, Scissorman, kembali datang mencari Jennifer. Mendengar ini, Helen pun langsung tergerak untuk membantu Jennifer. Karenanya, tidak heran jika di gamenya, kita di gamenya memainkan keduanya.

Sama seperti game orisinilnya, Clock Tower versi PS1 juga menerapkan point & click. Dan kesamaan lainnya juga dari tingkat ketegangannya. Jadi intinya, mau main di PC atau console, sama-sama membuat kita tegang dan teriak histeris sendiri.

 

 

3. Dino Crisis (1999)

Resident Evil ketemu film Jurassic Park. Itulah deskripsi yang sangat pas untuk menggambarkan game buatan Capcom ini.

Dan seperti Resident Evil, ketegangan yang ditampilkan game nya benar-benar gila. Mahluk hidup purba pun lantas menjadi mimpi buruk baru selain zombie dan yang mistis-mistis lainnya.

Sekuelnya, Dino Crisis 2 (2000) masih tegang dan masih seram. Tapi gak dipungkiri sekuelnya lebih fokus ke aspek action daripada horor nya.

2. Resident Evil 3: Nemesis (1999)

Resident Evil, seram. Resident Evil 2, lebih tegang, Resident Evil 3: Nemesis, benar-benar mengerikan. Hal ini tentunya dikarenakan dimunculkannya villain utama, Nemesis — sosok besar, intimidatif, dan tak kenal lelah untuk menghabisi seluruh anggota S.T.A.R.S termasuk, Jill Valentine.

Melalui game ketiganya inilah, akhirnya kita merasakan kengerian sesunggughnya dari franchise zombie Capcom. Kitapun harus pintar-pintar dalam mengelola inventori, waktu save, dan tentunya memperhatikan jumlah peluru yang tersisa.

Remake moderen tahun 2020, seakan memberikan experience ngeri yang jauh lebih menggila baik bagi yang veteran maupun yang baru memainkan game nya.

1. Silent Hill (1999)

Sesuai judulnya, “trauma”, rasanya tidak ada game horor PS1 yang sukses mendefinisikan atau erat dengan kata tersebut selain game buatan Konami ini.

Kisahnya, seperti film horor supranatural Hollywood. Gameplay nya, seperti game-game survival horror kebanyakan. Grafis nya, sangat eerie. Tapi yang benar-benar membuat kita trauma, adalah penerapan rasa takut secara psikologis.

Bahkan sebelum kota Silent Hill berubah menjadi gelap atau, bertemu si pemimpin mengerikan, Dahlia Gillespie, kita sudah langsung merasa tidak nyaman sekali. Langsung ketakutan 110%.

Bagi kamu yang mengaku suka horor tapi belum pernah memainkan game ini, langsung saja deh kamu memainkannya melalui emulator PS1 di PC. Dari 10 game ini, yang manakah yang membuat kamu takut hingga trauma ketika kecil? Share pendapatmu di kolom komentar ya!


Baca pula segala informasi lain terkait Game Horor, beserta dengan kabar-kabar menarik seputar dunia video game dari saya, Marvin Emir Ciputra. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version