Berseliwerannya informasi mengenai kartu grafis alias GPU NVIDIA RTX 4000 Series tampaknya masih jadi sesuatu yang cukup hangat untuk dibahas. Memiliki codename Ada Lovelace, yang dikatakan akan jadi penerus tahta resmi dari NVIDIA RTX 3000 Series saat ini.
Tentunya, tak ada salahnya berharap bahwasanya GPU NVIDIA RTX 4000 Series ini nantinya akan benar-benar worth untuk dimiliki. Sama halnya dengan pembahasan kali ini, dimana kami tuangkan harapan kami untuk kartu grafis teranyar yang masih dalam tahap penyempurnaan.
Oleh karenanya, mewakili gamers dan content creators, berikut adalah harapan kami terhadap Ada Lovelace yang akan meluncur dalam waktu dekat.
Daftar isi
Harapan Gamers dan Content Creators Saat Ini, Ada Lovelace
Mencicipi teknologi terbaru tentu butuhkan premium tak sedikit. Namun, kami merasa tak ada salahnya untuk berharap bahwasanya kartu grafis yang akan rilis nanti mampu penuhi ekspektasi gamers dan content creators, bukan mereka para miners.
Di bawah ini ada beberapa harapan yang mungkin bisa dikabulkan oleh raksasa teknologi manapun:
1. Ketersediaan yang Harus Benar-Benar Transparan
Harapan kami terhadap NVIDIA RTX 4000 Series tidak lain dan tidak bukan adalah ketersediaan yang harus benar-benar transparan. Terlebih dengan insiden dimana raksasa NVIDIA tidak mau buka-bukaan terkait kemana saja GPU tersebut terjual, tentu membuat gamers dan content creators was-was.
Iya, kita tidak bisa egois dan bacotin mereka, karena yang namanya perusahaan sudah barang tentu lebih mementingkan cuan. Sama halnya dengan distribusi, bila melihat tindak-tanduk para raksasa manufaktur, kami merasa bahwasanya mereka ‘tengah berusaha’ atasi ‘kelangkaan’ saat ini. Hanya saja langkah yang dilakukan belum maksimal.
Namun, tetap tidak ada salahnya mengharapkan yang terbaik untuk kemudian di-PHP-in, dan percaya pada sang manufaktur terkait stok yang disediakan.
Intinya, manufaktur gak usah bacot “kami mendukung gamers” kalau tak transparan. Buatmu yang penasaran seputar konspirasi chip shortage, mungkin bisa baca artikel ini.
2. Penerapan Sistem LHR yang Lebih Niat
Setelah memastikan ketersediaan stok yang haruslah transparan, kita akan dihadapkan pada problematika kedua yang juga serius, yaitu cryptomining. Aktivitas mining ini termasuk meresahkan, karena alih-alih gunakan perangkat yang dianjurkan semacam Antminer, para miners malah memborong GPU sampai lusinan.
Entah manufaktur yang kelewat memble dalam membuat sistem Lite Hash Rate (LHR), atau para programmer yang kelewat pintar, who knows. Namun, kebobolan dua kali dari yang awalnya 70% dan kini 100% merupakan indikasi serius adanya ‘permainan’ yang mungkin saja terjadi.
Bukannya mencari cara untuk memperbaiki celah tersebut, kubu hijau malah terkesan masa bodoh dan tampak lebih utamakan cryptominers. Yah, logikanya gamers dan content creators memiliki budget terbatas dan hanya mampu beli satu-dua unit, sedangkan cryptominers bisa memborong ratusan unit seketika.
Lebih mementingkan gamers dan content creators? Kami rasa tidak, karena money talks, dan cuan mudah didapat dari cryptominers, oof.
Kembali tidak ada salahnya berharap sesuatu yang tak mungkin terjadi ke depannya NVIDIA RTX 4000 Series bakal dibekali LHR yang lebih sempurna. Atau mudahnya, ‘mematikan’ fungsi cryptomining pada kartu grafis anyar tersebut dan jadikan standar baru atasi mining.
3. Gak Usah Drama Wajib Bundel-Bundelan
Susah payah menabung, namun untuk membeli kartu grafis anyar NVIDIA kita selaku konsumen dipaksa untuk membelinya secara bundel. Entah dengan motherboard, power supply, atau sampai yang ekstrimnya dipaksa harus merakit personal computer secara keseluruhan, tentunya dalam satu transaksi.
Model ‘bisnis’ seperti ini berlangsung semenjak dunia dilanda pandemi dan meroketnya tren cryptomining dalam skala global.
Bodoh rasanya memaksa konsumen mengeluarkan alokasi dana lebih hanya demi menjajal teknologi baru dengan dalih ‘stok terbatas’ atau bahkan ‘kelangkaan’.
Justru dengan drama wajib bundel-bundelan ini makin lunturkan kepercayaan masyarakat yang paham apa yang terjadi terhadap distributor lokalan berikut manufaktur. Iya, kembali kita disuguhkan money talks.
4. NVIDIA RTX 4000 Series Harus Lebih Hemat Daya
Berkacamata dari semua kemungkinan yang terjadi, bolehlah rasanya berharap bahwa GPU NVIDIA RTX 4000 Series lebih hemat daya alias efisien. Meski rumor yang berseliweran katakan bahwa konsumsi daya dari kartu grafis ini bisa menembus 1.000W, namun semoga hal tersebut invalid.
Buat kamu yang penasaran gambaran kasar spesifikasi yang ditawarkan GPU dengan codename Ada Lovelace ini, simak di bawah.
- Dibuat secara khusus oleh TSMC dengan berpedoman pada N5 atau N4
- Tawarkan sampai dengan 18.432 CUDA cores
- Besaran VRAM sampai dengan 48GB GDDR6X dengan bus-width 384-bit
- Manfaatkan 2 kabel 16-Pin untuk memasok daya dengan PCI Express 5.0
- Membutuhkan daya sampai dengan 900W (bisa lebih dan bisa kurang)
Berbekal teknologi yang ada saat ini, bukankah akan cukup mudah untuk menggodok kartu grafis makin sempurna dan lebih efisien saat perilisan nantinya? Sayang rasanya bila untuk mencapai level selanjutnya kita harus rela biarkan kartu grafis memakan daya 1.000W sendiri, bukan?
Seorang leaker handal yang biasa berikan spoiler seputar dunia komputer pun angkat bicara terkait besaran daya yang dibutuhkan.
Lucu rasanya bila kita harus sediakan power supply ekstra demi memasok daya pada kartu grafis tersebut. Bukannya makin berlomba-lomba untuk hemat daya demi bumi yang kerap disangkutpautkan, justru besaran daya tak sehat ini akan eliminasi bumi lebih cepat.
5. Price to Performance yang Masuk di Akal
Setelah poin-poin egois di atas yang mewakili gamers dan content creators, sudah barang tentu berikutnya NVIDIA RTX 4000 Series harus tawarkan harga yang masuk di akal. Hal ini tentunya tak boleh dilupakan karena sampai saat ini pun resolusi 1080P tampak masih merupakan yang paling banyak digunakan.
Hal ini dikuatkan dengan adanya NVIDIA DLSS, AMD FSR (1.0, 2.0, sampai dengan RSR) tersedia untuk ‘memudahkan’ upscaling suatu game. Teknologi tersebut tak hanya menyasar kartu grafis entry-level, namun sampai dengan kasta mid-high untuk hasilkan resolusi yang telah disediakan sebelumnya.
Alami rasanya bila kami katakan bahwa takkan ada beda performa secara masif bila tak dibarengi dengan taksiran yang sesuai. Logikanya, buat apa gelontorkan uang tak sedikit bila pada akhirnya kita akan manfaatkan teknologi DLSS dan FSR untuk lakukan upscale.
Ini bukan tahun 2010-an di mana kemampuan sebuah kartu grafis haruslah memakan banyak daya demi hasilkan visual fantastis. Lompatan 10 tahun lebih rasanya sudah lebih dari sekedar cukup untuk mematangkan teknologi yang sudah ada.
Jadi, bila nantinya GPU Ada Lovelace tersebut tak hadirkan price to performance yang sesuai, mungkin saat yang tepat kembali menanti alternatif lain. Tentunya, ini semua berkat gamers dan content creators yang kini sudah mulai melek dengan perkembangan teknologi, jadikannya cukup sulit ‘dibodohi’. You are the best!
6. Gunakan Jenis Memory yang Lebih Mutakhir
Meneropong ke belakang, kartu grafis diawali dengan memory GDDR1 dengan interface Accelerated Graphic Ports (AGP) 8x. Kemudian diikuti dengan memory GDDR2 yang sudah gunakan interface PCI Express 2.0.
Diteruskan dengan memory GDDR3 yang merangkak manfaatkan PCI Express 3.0. Sampai yang paling umum kita temui dan gunakan di zaman now, yaitu memory GDDR5 yang masih didominasi PCI Express 3.0.
Di tahun ini, bahkan mulai berseliweran memory GDDR6 yang manfaatkan interface PCI Express 4.0, bahkan 5.0.
Artinya, dalam rentang beberapa tahun, sebuah kartu grafis alias GPU wajib hukumnya untuk senantiasa gunakan jenis memory yang lebih mutakhir. Namun, dibutuhkan waktu tak sebentar untuk makin sempurnakan teknologi yang sudah ada saat ini.
Katakanlah sebuah perusahaan teknologi dari Korea bernama Samsung yang pada akhir tahun lalu goda kehadiran GDDR7. Artinya, tidak menutup kemungkinan bahwa NVIDIA RTX 4000 Series akan manfaatkan potensi dari GDDR7 secara maksimal.
Beda bandwidth yang konon katanya selalu berada di kisaran 50% kerap digembar-gemborkan akan jadi juru selamat dan solusi dunia teknologi. Berikut dengan besaran VRAM yang ditawarkan, yang makin lama makin masif saja.
Terlebih bila kita kaitkan dengan persiapan menuju era metaverse, tampaknya akan lebih cocok bila dibarengi dengan kartu grafis yang mumpuni.
7. Bisa Memacu Kompetitor dalam Berinovasi
Selain keenam hal di atas, harapan terakhir kami untuk GPU NVIDIA RTX 4000 Series dapat memacu kompetitor dalam berinovasi. Bukan sekedar luncurkan kartu grafis memble bin ampas yang digembar-gemborkan ‘worth it’ oleh influencer di zaman now semacam RX 6500 XT atau RX 6400.
Apa gunanya teknologi serba baru bila tak dibarengi dengan price to performance yang merupakan hal fundamental? Kembali tak usah berdalih chip shortage atau ‘kelangkaan’, karena para gamers dan content creators sudah eneg dengan alasan itu melulu.
Ketimbang meluncurkan produk gagal yang dijual sekuat tenaga, bukankah lebih baik berbenah diri mengembangkan teknologi yang lebih baik?
Baca juga informasi menarik lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com