PvP Dragon Nest – Membahas dunia game warnet di awal tahun 2010-an tentu saja tidak jauh dari kata diversitas. Potret skema e–sport tidak semarak sekarang yang didominasi oleh game battle royale seperti Valorant, Apex Legends dan PUBG.
Angkatan saya sebagai penghuni warnet dulu bahkan tidak mengenal apa itu e–sport. Satu-satunya ranah kompetitif di zaman tersebut hanyalah turnamen yang diselenggarakan oleh publisher gamenya sendiri. Daftar game yang tersedia di warnet saat itu pun beragam dan tidak monoton seperti sekarang ini.
Daftar isi
PvP Dragon Nest, Game Player vs Player Populer yang Ada di Warnet Indonesia
Hal ini tentu berbanding terbalik bila merunut terhadap skema game warnet zaman now yang sekali lagi didominasi game-game sejenis. Maka dari itu saya sudah tidak mengikuti lagi perkembangan game-game warnet sejak game kesukaan saya cabut dari Indonesia, yaitu Dragon Nest.
Dragon Nest, Game Warnet yang ‘Elit’ Di Zamannya
Rilis tahun 2012 di Indonesia, ketika masih banyak sekali game dari berbagai genre yang menguasai pasar game warnet. Ambil saja contohnya Seal online, RF Online, Point Blank, Lost Saga, Counter Strike, AyoDance Audition, sampai game golf seperti Pangya.
Awal perilisannya, Dragon Nest termasuk salah satu game yang bisa dibilang demanding dalam urusan spesifikasi hardware komputer. Beberapa warnet di wilayah saya bahkan tidak sanggup menjalankan game ini dengan mulus. Alhasil saya harus keliling mencari ‘medan tempur’ yang agak bagusan demi kelancaran bermain.
Tentu saja ini menjadi usaha ekstra hanya demi memainkan sebuah game. Ditambah lagi saya ketika itu tidak memiliki komputer sendiri ataupun koneksi internet broadband layaknya sekarang. Namun ketika saya sudah kerja dan punya penghasilan sendiri seperti sekarang, dunia warnet dan gamenya sudah bergeser dari minat saya dulu.
Komunitas PvP Dragon Nest Indonesia yang Toxic Namun Tetap Asyik
Selain menghadirkan konten PVE seabrek, nilai jual Dragon Nest dulu juga terletak pada mode PvP yang tidak sedikit jumlah pemainnya. Dalam mode ini, kita sebagai player akan disuguhi berbagai pilihan PvP room mulai dari 1v1, 2v2, 3v3, captain mode, free for all, sampai ladder.
Bukan sebuah game PvP jika playernya tidak toxic. Mulai dari teabagging sampai menggunakan emote ketawa sudah menjadi hal yang lumrah di dunia duel antar player. Hal-hal tersebut yang membuat game ini terasa seru untuk dijajal meskipun setelah dewasa. kita sadar perbuatan toxic dan sumpah serapah yang keluar dari mulut ini bukanlah sebuah hal yang enak dipandang.
Memang sih perilaku ini masih ada sampai sekarang. Tapi ada sesuatu yang berbeda secara fundamental sejak awal. Ya benar, target bacotan-nya. Jika kalian sadari, game-game survival sekarang harus membentuk sebuah tim sejak awal dan kita tidak bisa saling adu skill (memang beberapa masih bisa adu skill headshot secara 1v1 di match khusus namun bukan itu poinnya).
Sedangkan Dragon Nest dulu kita masih diberi beberapa mode battle yang tidak terbatas oleh team versus team. Kalah atau menang di room 1v1 sama teman se-warnet? Siap-siap saja pihak pemenang akan bacot sampe satu warnet terdengar.
Ciri Khas Gameplay Mechanic yang Mirip Game Hack and Slash
Walau game-game action MMO pada umumnya punya konsep PvP, tidak ada yang punya gameplay mechanic sebagus Dragon Nest pada zamannya. Dragon Nest mengombinasikan deretan skill–skill yang terletak pada number row keyboard dengan evade skill pada shift dan klik kiri-kanan pada mouse.
Terdapat invincibility frame pada evade dan beberapa skill menambah technicalities dalam melancarkan kombo. Beberapa karakter bahkan mampu melancarkan serangan di udara dan mementalkan lawan.
Beragam kombinasi tadi membuat PvP di Dragon Nest sangat kompleks. Untuk mahir dan dianggap sepuh dalam dunia pembantaian player lain butuh latihan dan gaming sense yang cukup dalam membaca animasi pergerakan lawan.
Salah urutan skill atau koordinasi serangan saja sudah mampu menyebabkan akibat yang fatal. Sehingga selain skill yang baik, butuh juga PC dan internet yang mumpuni karena semuanya butuh respons cepat dari pemainnya tanpa lag sedikit pun.
Ajang Adu Skill Bersama Teman Se-Warnet
Beradu skill di arena PvP adalah sumber kegembiraan tersendiri terutama bagi kami ini yang bukan player bermodal besar dan mampu untuk top–up cash untuk membeli G-box (gacha) dikala itu. Sarana terbaik bagi kami yang sudah kehabisan konten dan daily ya satu-satunya adalah PvP.
Tak sedikit yang menjadikan PvP sebagai menu utama mereka bermain game ini apalagi jika mereka memiliki teman sesama player. Adu skill dengan pemain lain yang baru kenal? Bukan hal yang aneh. Kalah telak atau menang telak? Juga hal yang biasa. Namun hal seperti ini sudah sulit untuk ditemui lagi di warnet-warnet sekarang.
Konklusi dari Penutupan Dragon Nest dan Diversitas Game PvP Setelahnya
Benar, game ini sudah tutup sejak 2019 lalu setelah 7 tahun berkecimpung dalam dunia game online di Indonesia. Walau game ini banyak merilis beberapa game spin-off untuk mobile dalam beberapa tahun terakhir. Kebanyakan tidak ada yang bertahan selama itu dan selalu silih berganti dengan pola yang sama. Rilis game baru, gagal, kemudian ulangi.
Memang sulit untuk menerapkan pesona game buatan Eyedentity ini ke dalam pasar mobile yang notabene menjadi lahan garap para publisher besar. Matinya game Dragon Nest menjadi salah satu akhir dari game PvP yang unik dan tidak melulu bergenre shooter.
Mungkin ada lagi masanya sebuah game action RPG yang mirip-mirip dengan Dragon Nest dan punya sistem PvP yang lebih baik dan grafis yang memukau. Namun sementara itu, penulis hanya bisa berharap ladang warnet Indonesia bisa selamat dari kekeringan setelah diterpa oleh angin game mobile dan juga minat pasar yang terus bergeser dari game-game RPG.
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Game MMORPG atau artikel lainnya dari Andi. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com