Sony Batasi Banyak Konten Dewasa di Platformnya karena Ingin Perangi Tindak Pelecehan

DwpmJwpUUAAXstN
Beri sinyal untuk semakin perbanyak sensor dan perketat kurasi

Terlepas dari kesibukannya dalam mengembangkan sekumpulan game eksklusif, Sony nampak sedang menyimpan suatu prinsip yang ingin coba mereka tegakkan di hadapan para gamernya. Bersumber dari kebijakan yang sudah lama diaplikasikan sejak beberapa tahun kemarin, Sony dikenal tidak mau berkompromi dengan konten-konten yang sekilas berbau sensual, apalagi sampai menjurus ke pornografi.

Hal tersebut rupanya benar-benar didasari oleh sebuah motif tertentu. Dilansir melalui pemberitaan Wall Street Jurnal, pihak Sony selama ini punya kekhawatiran terhadap banyaknya pihak yang bisa merasa salah paham atau menyalahgunakan hasil produk hiburan mereka untuk kepentingan yang tidak benar. Mereka secara terang-terangan menyatakan bahwa kebijakan untuk membatasi atau menyensor banyaknya konten-konten dewasa merupakan sebuah wujud dukungan Sony untuk para korban-korban pelecehan seksual.

Masih ingat dengan penyensoran konten game di Senran Kagura ?

Terinspirasi langsung dari tagar #MeToo movement, sebuah gerakan kampanye sosial yang biasa dimakudkan untuk memerangi tindak pelecehan ataupun kekerasan seksual di seluruh penjuru dunia. Sayangnya Sony sampai saat ini masih belum dapat memberi suatu pedoman tertulis dari kebijakan yang sedang mereka tetapkan. Sehingga cukup wajar bila niat mereka yang sebenarnya baik tersebut malah memantik banyaknya pro kontra beserta dengan kontroversi.

Mengingat bahwa Jepang sebagai negeri asal Sony biasa dihuni oleh banyaknya sekali kumpulan game-game berunsur dewasa, banyak developer-developer di negeri sana mengeluhkan dan mengkritisi kebijakan yang kerap mereka lakukan itu. Para developer ini sangat khawatir bila potensi kreativitas mereka akan selalu dibatasi. Salah seorang CEO dari satu studio game kecil di Jepang bahkan sempat memberi kesaksian sebagai berikut:

Kalian tidak akan pernah tahu apa yang ingin mereka (Sony) katakan sampai kalian menyelesaikan pengerjaan gamemu dan membiarkan mereka memeriksanya.

Sekali mereka tidak menyetujuinya meski kami tahu bahwa mereka pernah membiarkan tingkat keseksualan konten yang sama persis pada beberapa hari lalu, kami tetap harus mengambilnya kembali dan meminta para staff untuk memperbaikinya. Dimana biaya pengeluaran kami juga harus bertambah karena hal tersebut.

Juga menjadi korban penyensoran ?

Sebagian lagi pun ada yang menganggap bahwa Sony seperti tidak mau menghendaki mereka lagi untuk memasarkan game-game bersegmentasi “khusus” di platformnya. Sejauh ini, selain melakukan inspeksi ketat untuk game-game bergenrekan visual novel dan anime yang kaya fan service, Sony juga sempat seolah berhasil membuat developer game besar seperti Capcom harus menyensor suatu adegan yang melibatkan karakter Trish dalam Devil May Cry V khusus untuk versi PS4 di kawasan non Jepang.

Entah memang berasal dari bentuk ketidaksetujuan pihak Sony ataupun keputusan internal dari pihak Capcom, adegan game Devil May Cry V yang dianggap “dewasa” tersebut uniknya sama sekali tidak pernah disensor untuk versi Steam, Xbox One, hingga konsol PS4 di region Jepang itu sendiri.

Sumber: Wall Street Journal (via Wccftech)


Baca pula informasi lain terkait Sony, beserta dengan kabar-kabar menarik seputar dunia video game dari saya, Ido Limando.

Exit mobile version