Daftar isi
10. Bulletstorm (2011)
Terkadang yang kamu perlukan untuk membuat campaign FPS yang bagus hanyalah gunplay yang memuaskan. Bulletstorm sukses akan hal tersebut. Game mungkin tak miliki cerita yang begitu mindblowing, tetapi aspek gunplay dari game ini begitu memuaskan dan membuatmu tak peduli lagi soal cerita.
Kamu dipaksa untuk terus kreatif dalam membunuh musuhmu karena poin hasil kreasimu yang akan digunakkan nantinya untuk ammo serta upgrade. Kamu tak bisa gunakkan trik yang sama terus-terusan karena skornya akan turun, maka kamu harus mencari trik gila yang baru dan memamfaatkan apapun yang ada di level untuk lakukan kreasi penuh darahmu.
9. Deus Ex: Human Revolution (2011)
Sedikit bingung untuk memasukan game ini kedalam list. Secara garis besar ini game FPS, tapi kebanyakan waktumu akan dihabiskan pada perspektif third-person karena sistem cover yang disuntikkan oleh developer ke game. Tetapi melihat game awalnya ada FPS dan kamu masih harus habiskan banyak aktivitas di game lewat first-person, saya kategorikan game ini sebagai FPS.
Pada Deus Ex: Human Revolution, tak semua masalah bisa diselesaikan via pew-pew dan kaboom, beberapa keputusanmu terkadang dapat menjauhkan konflik menjadi lebih panjang lebar. Seluruh skill yang di skill tree game ini sifatnya penting, kamu harus memilih skill dengan benar dan sesuai dengan cara bermainmu.
Untuk urusan cerita, Deus Ex Human Revolution mungkin tak sebagus game pertamanya, tetapi developer tak mau membawa game lama tersebut sebagai patokan mereka. Mereka ciptakan cerita, dunia dan tema menarik sendiri untuk game ini, dan hasilnya bagus meskipun ada beberapa momen yang mengecewakan. Latar cyberpunk yang dimana para manusia biasa dan manusia dengan augmentasi hidup bersama merupakan latar yang menarik dan simbolis dengan masalah sosial yang ada di dunia nyata sekarang.
8. Bioshock Infinite (2013)
Bioshock Infinite hadir sebagai cerita baru sekaligus penutup dari trilogi Bioshock. Game ini mengambil latar yang berbeda dari game sebelumnya, yaitu kota diatas langit – Columbia. Perubahan latar ini bukannya tak ada alasan, namun untuk menambah kompleksitas dari cerita di franchise ini. Dan bicara soal cerita yang kompleks, game ini menjadi salah satu game yang akan memutar isi kepalamu karena tema “alternate universe” yang semakin lama semakin menguras isi otakmu hanya untuk mengartikan maksud ceritanya.
Gunplay dari game ini mungkin bukanlah yang terbaik, dan kamu kemungkinan besar hanya akan gunakan dua vigor andalanmu sepanjang game. Tapi keseluruhan game ini mulai dari desain level, gameplay, karakter, dan cerita semuanya bagus dan membuat game ini sebuah penutup yang indah.
7. Wolfenstein: The New Order (2014)
Wolfenstein: The New Order merupakan reboot dari kakek genre FPS – Wolfenstein 3D. Game ini berlatar dalam alternate universe dimana Nazi menguasai dunia. Kini terserah pada B.J Blazkowicz untuk mengalahkan Nazi kembali.
Reboot ini tak ingin sekedar berikan nostalgia kepada gamer lama, tetapi Machine Games ini benar-benar ciptakan sesuatu yang baru lewat franchise ini. Game mungkin linear layaknya campaign ala call of duty, tetapi keseruannya hampir non-stop serta tak ada istilah regenerating health yang membuatmu tidak diperbolehkan menjadi penakut yang berlindung di balik batu tiap 5 detik.
Desain level dari game ini bisa dikatakan besar dan juga menarik, mulai dari bertarung melawan Nazi di replika bulan, hingga melawan Nazi di bulan langsung. Singkatnya, game ini begitu menyenangkan dan seru dari awal sampai akhir. Bagi kamu pecinta FPS lama dan baru akan dipuaskan dengan game satu ini.
6. Fallout: New Vegas (2010)
Secara garis besar, Fallout: New Vegas memang sebuah game RPG. Tetapi karena pemain akan lebih sering memainkannya dalam first person, saya hitung game ini sebagai FPS.
Fallout New Vegas berhasil tawarkan banyak hal yang Bethesda gagal tawarkan dalam Fallout versi mereka. Fallout New Vegas miliki gameplay yang sama seperti Fallout 3, tetapi cerita di game ini jauh lebih menarik dan dilengkapi dengan branching paths yang dapat menambahkan replay value.
Obsidian Entertainment juga berhasil membuat tiap quest yang ada di game lebih dari sekedar filler untuk memperpanjang durasi game. Semua side quest dibuat dengan baik, penuh karakter, dan secara keseluruhan lebih dari sekedar “pergi dari poin A ke B”. Semua ini berhasil Obsidian capai dalam waktu 18 bulan.
Bethesda mencoba hal serupa lewat Fallout 4, namun pada game tersebut tak memiliki kesan yang berbekas layaknya apa yang dilakukan Obsidian Entertainment. Alasan lain kami rekomendasikan game ini adalah komunitas modnya yang ramai hingga sekarang, memberikanmu lebih banyak konten yang bisa dilakukan dengan game ini.
Page 1 | Page 2 | Page 3 | Page 4