Tradisi Mabar yang Kini Semakin Menjadi “Meh”

Bosen mabar

Mabar yuk! Mabar Skuy! Kata-kata tersebut tentunya menjadi kata-kata yang sering kita temui di sosial media. Ajakan mabar alias main bareng dari satu orang ke orang lainnya, atau bahkan banyak orang di grup kini bahkan menjadi agenda harian bagi para gamer terutama untuk gamer-gamer game kompetitif.

Yaa, mabar memang punya banyak nilai plus ketimbang bermain sendirian alias solo. Permainan yang jadi terasa lebih ramai, komunikasi yang bisa lebih lancar ketimbang bermain dengan orang lain, dan bahkan mengobrol dan menambah dekat pertemanan bisa dilakukan lewat mabar.

Namun dengan semakin majunya teknologi, banyaknya pilihan game, kemudahan perangkat, dan aspek lain dalam mabar entah mengapa kini malah membuat kita menjadi semakin malas untuk mabar. Ada beberapa alasan yang saya rasakan dan mungkin juga kalian rasakan hingga sekarang kalian mulai menolak ajakan mabar yang selalu muncul.


Masalah klasik dengan koneksi

Yang paling klasik yang membuat malas mabar tentunya adalah masalah koneksi. Karena di negara kita tercinta ini kelihatannya masalah koneksi bisa menimpa siapa saja, dimana saja, dan dengan penyedia layanan apa saja. Mungkin beberapa penyedia layanan yang bisa optimal, namun gangguan bisa datang tiba-tiba.  Terlebih bila kamu tidak tinggal di kota besar dan harus menerima koneksi si rumah indie atau mungkin kamu menggunakan koneksi jaringan murmer seperti Tiga dan Eksis yang biasanya batuk-batuk untuk bermain game online.

Sudah gak fokus karena lelah

Alasan lain adalah karena kita sudah merasa sulit fokus dengan game karena lelah. Entah karena aktivitas yang semakin sibuk, atau energi yang kini semakin terkuras. Bermain game terutama game kompetitif tentunya akan menjadi susah ketika kita sudah tidak fokus. Apalagi biasanya ajakan mabar datang pada malam hari dimana ke-tidak-fokus-an kita akan ditambah dengan rasa mengantuk. Hal ini tentu biasanya akan membuat kita malas untuk main game apalagi mabar karena ujung-ujungnya akan bermain tidak maksimal.

Menghindari komunikasi toxic

Diakui ataupun tidak, komunitas gaming di Indonesia ini masih dipenuhi dengan para gamer toxic. Baik toxic secara perkataan atau bahkan secara permainan, dan kadang parahnya si pemain toxic ini adalah rekan mabar kita. Ya, mungkin di satu sisi kamu bisa menganggap ke-toxic-an temanmu itu sebagai sesuatu yang lucu. Namun biasanya kamu tentu akan merasa jengah dan risih apalagi bila hal tersebut berlarut-larut hingga mempengaruhi permainan.

Terlalu banyak game online

Seperti yang saya bilang di pembukaan awal, bahwa kini pilihan game menjadi sangat banyak. Setiap pengembang dan publisher di berbagai penjuru dunia berlomba-lomba untuk dapat memproduksi game dan menarik sebanyak-banyaknya gamer untuk memainkan game mereka. Dan mayoritas game populer dengan pemain terbanyak adalah game online, terutama kompetitif, dan sebagian besar berpusat di mobile. Dan dengan pasokan yang terus-menerus dengan model online yang kurang lebih sama dan eksploitasi terhadap beberap genre seperti MOBA, battle royale, FPS, dan RPG tentunya membuat kita mulai muak dengan game-game yang ada.

Sudah bosan dengan mabar

Terutama bagi kamu yang sudah cukup lama bermain game, kalian tentunya sudah merasakan beragam transisi dari mabar yang mungkin awalnya di rental/warnet, berganti dengan mabar via LAN, berganti lagi ke PC pribadi dengan koneksi rumahan, hingga ke mobile. Memang sebenarnya banyak yang tidak mempermasalahkan untuk terus bermain online dan mabar. Tapi mungkin ada beberapa dari kamu yang sudah burnout dan lelah dan mungkin kini beralih ke game yang lebih santai dan bisa dinikmati tanpa harus berkompetisi dengan pemain lain.

Lahirnya kembali game single player

Alasan lain tentunya adalah karena pasca banyaknya publisher dan developer yang tergiur untuk terjun ke dunia multiplayer dan kemudian gagal. Banyak dari mereka yang akhirnya mulai kembali ke jalan yang benar. Sebut saja EA yang gagal total lewat Anthem, dan kemudian menutup tahun 2019 dengan Star Wars: Jedi Fallen Order yang menakjubkan dengan kembali ke game single player. Dengan banyaknya game yang kembali fokus ke single player dan juga cerita baik sekarang dan rilisan di masa mendatang kelihatannya banyak juga para pemain yang jengah bermain game online akhirnya kembali ke game single player.


Itulah tadi beberapa alasan kenapa sekarang banyak gamer yang mulai malas untuk diajak mabar. Yang tentunya memang berdasar banyak aspek, dan tiap-tiap gamer punya alasannya masing-masing untuk tidak ingin bermain game online. Baik alasan dari aspek luar seperti komunitas yang makin toxic, ataupun aspek dari dalam diri sendiri seperti sudah lelah ataupun ingin berganti ke game single player.

Lalu bagaimana denganmu, apakah kamu termasuk kelompok yang masih semangat untuk mabar? Atau kelompok yang sudah lelah karena alasan di atas? Atau kamu malah punya alasan lain?


Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang Opini atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A.

For press release and further collaboratin, Contact me at galihka@gamebrott.com

Exit mobile version