Abis Booming, Kemana sih Para Pemain Autochess Sekarang?

Cover auto chess

Genre Auto Battle atau yang lebih dikenal dengan Auto chess mungkin menjadi salah satu genre games yang sangat 2019. Bagaimana tidak genre game yang berawal dari mod Dota 2 ini tiba-tiba meroket di awal tahun lalu yang langsung menyedot banyak pemain dan penonton, dan bahkan menarik perhatian banyak pengembang dan publisher seperti Tencent, Riot, dan bahkan Blizzard untuk membuat game serupa.

Namun identik dengan naiknya yang tiba-tiba muncul, auto chess ini juga hilang secara tiba-tiba, alias terjebak bersama berlalunya tahun 2019. Apalagi bila kita membicarakan pasar Indonesia saja. Dari data grafis Google Trends juga terlihat bahwa beberapa kata kunci terkait auto chess, seperti chess rush dan underlords ternyata menunjukkan pola yang sama yaitu mengalami lonjakan gila di pertengahan 2019 dan kemudian menurun juga di akhir tahun.

Grafik dari Google Trends Indonesia terhadap “auto chess”, “chess rush”, dan “underlords”

Naik dan turun yang sangat cepat ini tentunya membuat kita bertanya-tanya apa yang membuat genre “auto chess” ini datang dan pergi begitu saja. Bahkan mungkin bisa dibilang genre yang satu ini telah mati sebelum berkembang, karena bahkan komunitasnya sendiri belum terbentuk secara kuat di sini. Kenapa sih hal ini bisa terjadi? Atau Bagaimana sih kondisi aslinya sekarang? Mari kita bahas.

Kemunculan yang Mengejutkan

Auto Chess sendiri berawal dari mod atau mode arcade di Dota 2

Kita tentunya tidak perlu mengurut awal mula dibuatnya Auto Chess yang merupakan mod di mode Arcade Dota 2 ini, namun dari mulai meledaknya genre Auto Battle ini. Dari data yang dikumpulkan Google Trends, awal mula naiknya pencarian dari Auto Chess di Indonesia ada di sekitar bulan Mei 2019. Hal ini sendiri bertepatan dengan dikeluarkannya versi Mobile dari Auto Chess yang terpisah dan berbeda dari mod Dota 2-nya oleh Drodo Studio.

Masuknya Auto Chess ke platform mobile sendiri membawa gamenya ke pasar yang lebih luas dan mainstream. Dan karena sebelumnya basis pemain dari Auto Chess ini sendiri telah berjumlah masif (Sekitar 8,5 juta pelanggan menurut Wikipedia) maka hype dari versi mobile ini naik dengan cepat. Ditambah dengan para pemain Dota 2 yang belum mencoba plus para pemain game mobile yang saat itu memang dalam kondisi lelah terhadap MOBA dan Battle Royale.

Naiknya Komunitas serta Menjamurnya Game Serupa

Pasca rilisnya game terpisah dari Auto Chess, banyak game serupa yang akhirnya lahir

Auto Chess sendiri akhirnya meledak ke gamer kasual dan mainstream karena gameplay yang lumayan simpel meskipun butuh pembelajaran untuk memahami aspek-aspeknya, mekanisme yang tidak terlalu menuntut para pemainnya fokus 100% ke dalam game, dan tentunya hype mencoba sesuatu yang baru yang berbeda dari game sebelumnya. Dari sini akhirnya mulai tumbuh forum-forum Auto Chess seperti di Facebook, forum Kaskus, dll.

Kenyamanan Auto Chess mendominasi pun tidak bertahan lama, karena banyak pengembang dan publisher yang tergiur dengan pasar segar dari auto battler. Selang beberapa bulan saja telah banyak game serupa yang akhirnya keluar. Pada bulan Juni 2019 sang game original Dota 2 akhirnya mengeluarkan early access dari game auto battler mereka sendiri yaitu Dota Underlords, bersamaan Riot Games juga membuat mode serupa sebagai tambahan dalam game League of Legends (LOL) mereka.

Bulan berikutnya pada Juli 2019 raksasa Tencent juga mengeluarkan game mereka yaitu Chess Rush. Pada November 2019 Blizzard juga menambahkan mode auto battler untuk game Hearthstone dengan nama Battlegrounds. Bahkan Moonton juga mengeluarkan mode bernama Magic Chess untuk game Mobile Legends mereka. Dan belum dengan game-game auto battler lain yang belum kami sebutkan disini.

Munculnya Masalah dan Gagal Menjaga Hype

Meski seumur jagung game-game auto battler langsung menyodorkan kosmetik berbayar

Meroketnya game-game auto battler dalam waktu yang singkat ini tentunya membawa resiko tersendiri bagi para pengembang. Apalagi dengan terpecahnya kubu para pemain ke dalam game auto battler masing-masing. Mereka tentunya harus mencari cara bagaimana menjaga agar para pemain tersebut masih tetap mau memainkan game mereka. Padahal problem utama dari genre ini adalah semua konsep original beserta visi jangka panjangnya hanya dimiliki oleh sang kreator original Auto Chess, yaitu Drodo.

Hal ini akhirnya membuat para pengembang lainnya harus menunggu bagaimana Drodo mengembangkan dan memberikan update untuk Auto Chess sebelum mengaplikasikannya ke dalam game masing-masing. Meskipun beberapa pengembang seperti Valve dan Tencent juga mencoba mengembangkan “Cara mereka sendiri” untuk melanjutkan game mereka. Namun karena mayoritas “cara” yang digunakan ini adalah membuat skin dan item kosmetik berbayar yang dikemas dalam bentuk Pass agaknya membuat para pemain mempertanyakan keseriusan para pengembang di genre auto battler ini.

Langkah yang kurang tepat tersebut tentunya berimbas pada para pemain yang jengah atau setidaknya heran mengapa game yang mereka mainkan tersebut bukannya mendapat update konten ataupun balancing untuk hero dan itemnya, ataupun mode-mode lain yang mungkin bisa menarik lebih banyak pemain dan membedakan game tersebut dari game auto battler lainnya. Namun nyatanya mereka malah langsung disodorkan dengan beragam kosmetik yang harus mereka buka dengan uang asli.

Tidak Cocok untuk Kompetisi

Game auto battler memiliki masalah untuk masuk ke esport

Disamping pengembangan gamenya yang kurang, game auto battler sendiri ternyata berkembang namun harus berakhir sebagai game kasual. Yang pada akhirnya kurang cocok untuk dibawa ke ranah kompetisi. Hal ini sendiri juga disampaikan oleh Caster sekaligus pengamat esport lokal Gisma “Melon” Priayudha yang sempat kami wawancarai.

Pria yang dikenal dengan nama Melon ini mengungkapkan bahwa banyak gamer auto battler terutama di Indonesia hanya untuk have fun aja. Hal ini sendiri berdasar pada event-event serta turnamen auto battler yang pernah diadakan para peserta yang ikut tidak banyak yang berasal dari organisasi (esport) besar, dan bahkan ada yang hanya penonton yang mampir untuk mencoba bertanding.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Boss dari Team Elvo – Andrew Tobias yang juga sempat Kami wawancarai. Pria yang sering disapa Ndruw ini sebelumnya juga sempat menjadi Esports Manager dari Tencent Games dan ikut langsung dalam menaikkan Chess Rush di Indonesia ini juga berpendapat bahwa game auto battler ini memang seru banget tapi kasual. Ia juga mengatakan bahwa ketika genre auto battler ini hype di 2019 Chess Rush telah merilis mode squad, yang kemudian menjadi salah satu mode yang banyak dimainkan.

Meskipun tetap menggunakan strategi, faktor keberuntungan masih jadi pemain utama

Pas waktu itu Chess Rush ada mode squadnya, yang rame itu mode squadnya. Karena pada dasarnya gamer-gamer di Indonesia itu demen main bareng sama temen-temennya.” Ujar Pria yang memprakarsai World of Gamer Indonesia ini.

Namun ketika menyangkut masalah ranah kompetititf dari game-game auto battler, Ndruw mengatakan bahwa hal tersebut agak ‘tricky’. Hal ini sendiri dikarenakan game-game auto battler ini bagaimanapun punya tingkat RNG (Random Number Generator) yang tinggi.

Strategi memang penting, dan semua orang (pemain) juga punya kesempatan menang. Tapi tetep unsur luck (keberuntungan)-nya terlalu tinggi. Jadi untuk kompetisi gak bisa jauh untuk dibawa kemana-mana”. Lanjut Ndruw.

Turun Gara-gara Pengembang?

Chess Rush sempat naik di Indonesia, namun tiba-tiba menghilang

Dengan kondisi yang tidak ideal untuk menjadikan genre ini besar di Indonesia. Genre auto battler memang harus mencari jalan keluar untuk dapat bertahan, terlebih di pasar Indonesia yang memang didominasi oleh gamer “ikut-ikutan” sesuai dengan apa yang tengah nge-tren. Sebenarnya beberapa game auto battler seperti Chess Rush dan Auto Chess bisa bertahan di akhir tahun 2019 kemarin lewat komunitas serta beberapa streamer dan influencer yang membuat gamenya tetap diminati.

Namun hal tersebut kelihatannya tidak diimbangi oleh kesiapan para pengembang. Hal ini sendiri juga diungkapkan Javier Ferdano yang merupakan streamer sekaligus caster Auto Chess ini merasa bahwa mulai menghilangnya hype game game auto battler salah satunya karena support dari dev/publisher game tersebut yang kurang.

Pengembang Auto Chess – Drodo juga sempat didera beberapa masalah

Ada beberapa faktor yang membuat turunnya hype, seperti kasus hilangnya Auto Chess dari Playstore karena pindah publisher untuk region Asia dan Latam (Latin-Amerika)” Ungkap Javier yang ternyata juga merupakan Drodo Committee untuk region Asia.

Javier juga memberikan insight-nya terhadap game auto battler lainnya. Dan sama seperti pernyataan Ndruw, Jaview juga merasa Chess Rush sendiri sempat hype di Indonesia namun belum mampu berkembang lebih luas yang membuatnya stuck dan akhirnya turun secara perlahan. Sedangkan untuk game auto battler lain seperti TFT dan Underlords dianggap kurang menarik bagi para pemain di Indonesia karena mekanik yang lebih kompleks.

Sudah Hilang atau Sebenarnya Ada?

Memasuki bulan ketiga dari 2020 ini keberadaan game auto battler atau auto chess memang seakan hilang dari para gamer mainstream. Dan mengingat pendapat Ndruw maupun Melon yang menganggap bahwa game dengan genre ini pada akhirnya menjadi game kasual kelihatannya mungkin masih ada atau mungkin masih banyak para gamer yang memainkan game-game auto battler.

Namun eksistensinya tidak terlihat karena memang gamenya dimainkan sendiri dan mungkin hanya untuk mengisi waktu saja. Bahkan Javier juga optimis bahwa untuk Auto Chess sendiri kedepannya akan bangkit kembali dan akan aktif untuk masuk ke ranah esport.

“Untuk Auto Chess sekarang sudah terjadi lonjakan pemain yang migrasi dari auto battler lain untuk mengejar tournament Auto Chess Indonesia Championship” Ujar Javier “Dan dengan semakin balance-nya game ini dibanding akhir tahun, bisa dibilang esport-nya bakal aktif kedepannya.”

Verdict

Jadi bisa disimpulkan bahwa genre auto battler ini memang kurang bisa mengoptimalkan hype yang sempat dialami pada 2019 lalu. Unsur RNG yang ada di dalam gamenya juga menjadi masalah tersendiri yang menyebabkan game ini tersendat-sendat untuk segera masuk ke ranah esport. Terlebih lagi kurangnya dukungan dari para pengembang terutama untuk game-game yang muncul setelah Auto Chess original tentunya membuat para gamer kehilangan minat untuk game-game ini.

Namun meski begitu usaha untuk menaikkan kembali genre ini kelihatannya masih tetap dilakukan. Dan bukan tidak mungkin bila Drodo dan tim Auto Chess bisa menemukan cara yang bagus untuk kembali mengajak para gamer memainkan gamenya, maka komunitas yang mungkin kini tengah tertidur bisa bangkit kembali.


Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang Auto Chess atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A.

For press release and further collaboratin, Contact me at galihka@gamebrott.com

Exit mobile version