Mengungkap Mengapa Gamer Biasanya juga Menjadi Wibu

afcawa

Gamer dan wibu mungkin jadi sebutan yang paling receh untuk diucapkan oleh para remaja sekarang baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Entah hal tersebut adalah ucapan dari orang lain, maupun mengklaim dirinya sendiri menjadi seorang gamer maupun wibu. Dan entah kebetulan ataupun tidak, para gamer ini biasanya juga adalah wibu ataupun sebaliknya. Lalu mengapa 2 stigma ini bisa menjadi satu? Coba kita cari tahu!

Makna arti masing-masing kata

Jadi kamu gamer? wibu? atau keduanya?

Istilah gamer tentunya masih menjadi perdebatan hingga sekarang di titik manakah seseorang bisa disebut sebagai gamer. Terlebih lagi di jaman sekarang hampir semua orang sudah dengan mudah untuk bermain game baik di PC, laptop, konsol, maupun smartphone mereka. Namun untuk pembahasan ini kita tidak perlu ambil pusing dan cukup menganggap orang yang suka bermain game secara rutin sudah berhak untuk terhitung sebagai gamer.

Begitu juga dengan istilah wibu yang merupakan plesetan atau serapan dari kata weaboo yang menjurus pada orang-orang yang menyukai atau bahkan menggilai segala hal yang berbau Jejepangan seperti anime. Dan sama seperti kata-kata “gamer”, kata wibu pun sebenarnya tidak punya standar tertentu. Namun sepertinya dalam kehidupan bermasyarakat dunia maya sekarang, orang-orang yang sangat hobi menonton anime saja sudah bisa disebut wibu, meskipun dalam konteks yang bercanda

Kemiripan paling mendasar antara gamer dan wibu

Banyak waktu yang dihabiskan di dalam ruangan oleh keduanya

Sekarang masuk ke topik mengapa gamer biasanya juga seorang wibu ataupun sebaliknya? Jawaban paling dasar yang kita bisa tarik antara keduanya adalah mungkin karena antara cara menikmati keduanya yang kurang lebih sama. Jika mau kita spesifikkan, kita bisa mengambil contoh antara video game dan anime. Yang mana keduanya bisa dinikmati secara seorang diri tanpa membutuhkan orang lain. Media yang digunakan untuk mengaksesnya pun kurang lebih sama yaitu lewat PC, laptop, tablet, dan smartphone.

Selain itu, baik video game terutama yang berfokus pada cerita serta anime tentunya membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk diselesaikan dan dinikmati seorang diri saja. Dan karena hal tersebut tadi biasanya seorang gamer maupun wibu akan menghabiskan waktu yang lama seorang diri, mereka akan mengurung diri mereka selama berjam-jam dan bahkan berhari-hari dalam kamar mereka demi menamatkan serial anime maupun game yang mereka mainkan.

Kebiasaan keduanya yang bisa dibilang introvert, menyendiri, dan senang menghabiskan berjam-jam di depan monitor ataupun smartphone-nya. Mereka akan memiliki kecenderungan menjadikan satu sama lain sebagai selingan. Para gamer biasanya akan mencari tontonan ketika rehat atau capek bermain game. Dan menonton anime tentunya menjadi hiburan yang paling mainstream dan banyak tersedia di dunia maya baik yang legal maupun ilegal. Begitu juga dengan para wibu yang biasanya akan mencari aktivitas saat rehat atau saat serial animenya sudah tamat.

Sinergi yang tercipta antara keduanya

Menuju isekai yang tak terbataaasss!

Kecenderungan untuk menyebrang satu sama lain ini sendiri sebenarnya tidak lepas dari para gamer dan wibu yang biasanya pendiam di dunia nyata, namun aktif di dunia maya. Dan entah karena komunitasnya yang memang vokal di dunia maya, atau memang komunitas gamer maupun wibu yang sudah sangat menjamur sekarang maka kedua topik ini pun menjadi sangat mainstream dan mudah terlihat. Dari komunitas yang terus berkembang inilah media juga akhirnya ikut menyebarluaskan semua hal baik yang berbau anime, Jejepangan, dan juga video games (Ya..ya.. Termasuk kami juga).

Dengan gelombang yang semakin besar tersebut, baik para publisher dan pengembang video game maupun studio-studio anime terus memasok video game maupun anime baru untuk memenuhi keinginan para fansnya. Banyaknya video game dan anime yang diproduksi pun akhirnya mengarahkan para pengembang game dan studio anime berpikir ekstra untuk membuat produk-produknya lebih menarik banyak fans.

Salah satu cara yang sudah terbukti dan masih bekerja hingga sekarang tentunya adalah tidak hanya membuat gamenya menarik, namun juga karakter yang mereka bawa cukup ikonik dan juga dicintai. Ya, tidak hanya sekedar disenangi namun dicintai oleh para fansnya. Dan karena demografi fans dari video game maupun anime sekarang mayoritas didominasi oleh kaum pria. Maka tak jarang Studio-studio ini membuat karakter wanita dalam video game dan anime mereka sesuai dengan minat atau bahkan kita bisa katakan imajinasi yang disukai dari para fansnya.

Semuanya menjadi rukun karena “Waifu”

2B dan Rem. Dua waifu yang paling umum dari kedua belah pihak

Seperti yang kita telah bicarakan di awal, bahwa gamer maupun wibu memiliki kecenderungan introvert. Dan karena mereka terlalu banyak menginvestasikan waktunya pada apa yang mereka sukai, biasanya mereka membuat ikatan pada apa yang mereka sukai tersebut. Yang tentu saja merupakan karakter-karakter yang ada pada video games maupun anime favorit mereka. Bahkan karena terlalu dalamnya, baik gamer maupun wibu ini biasanya jadi merasa “terikat” dengan karakter tertentu. Biasanya karakter-karakter yang mereka sukai ini mereka sebut sebagai “Waifu”.

Hal ini tentunya bisa dengan mudah kamu perhatikan di orang-orang sekitarmu lewat postingan di sosial medianya, mungkin juga pada wallpaper PC, laptop, atau smartphone mereka. Dan bahkan yang tentunya menjadi stereotip umum, yaitu gambar profil dari akun sosial media mereka yang diganti dengan karakter waifu mereka.

Dari karakter yang dicintai oleh para fansnya ini, developer maupun studio dengan mudah mengeksploitasi karakter ini bahkan di luar dari video game maupun animenya untuk mendatangkan keuntungan. Dan dari situlah merchandising pada karakter-karakter dilakukan baik dalam video game maupun anime. Dan bukan hanya dari pihak developer dan studio, para fans pun biasanya juga ikut mengeksploitasi karakter-karakter waifu mereka sesuai dengan “imajinasi” mereka. Yang sebaiknya tidak kita bahas lebih lanjut.

Rantai yang akhirnya lengkap

Ketika anime saja belum bisa melakukan crossover sebanyak ini, Jump Force sudah merealisasikannya

Kembali ke para pembuat video game dan anime ini mereka tentunya menaruh perhatian terhadap satu sama lain dan melihat potensi untuk produk mereka di satu sama lainnya juga. Dan dari situlah akhirnya kedua hiburan ini beririsan secara langsung. Karena beberapa franchise besar anime melihat potensi dan merasa bahwa anime mereka akan bisa mendatangkan keuntungan saat dibuatkan game sehingga akhirnya jadilah game adaptasi anime. Dan begitu juga sebaliknya, beberapa judul original video game juga melihat potensi ketika dibuatkan anime, film, ataupun serial.

Dari sanalah ada kecenderungan mengapa gamer juga menjadi wibu. Gaya hidup yang bisa dibilang relatif sama, komunitas yang sama-sama besar dan juga mudah ditemui di dunia maya. Serta akhirnya keduanya yang sudah saling silang tentu membuat para fans baik dari kelompok gamer pun juga menyenangi anime dan menjadi wibu, maupun dari kelompok wibu yang juga gemar bermain game.

Meskipun ya, kita tetap tidak bisa menggeneralisasikan bahwa semua gamer menjadi wibu. Karena memang tidak selalu seperti itu, dan setiap orang tentunya bebas menyukai apapaun baik mereka adalah gamer maupun wibu. Bagaimana menurutmu sendiri?


Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang Opini atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A.

For press release and further collaboratin, Contact me at galihka@gamebrott.com

Exit mobile version