Tentunya sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa pasar video game, terutama game mobile di Asia Tenggara dan China telah dikuasai oleh raksasa Tencent. Game-game mobile produksi Tencent mayoritas bisa masuk dan diterima dengan baik di negara-negara Asia Tenggara dan China. Sebut saja yang terbaru Call of Duty Mobile, Honor of Kings (Arena of Valor), QQ Speed (Speed Drifter), dan tentunya andalan mereka hingga kini yaitu PUBG Mobile. Meskipun tidak semua game mereka bisa sukses bertahan, keberhasilan game-game mereka tentunya meyakinkan Tencent untuk memperluas pasar cakupan mereka. Dan Timur-Tengah menjadi target mereka selanjutnya.
Hal ini sendiri disampaikan pada gelaran Festival ON.DXB di Dubai yang dilaksanakan 21-23 November 2019 kemarin. Festival ini sendiri memang diadakan oleh Pemerintah Dubai untuk mendorong industri game, film dan juga musik Dubai. Dan Gamebrott beruntung untuk dapat diundang langsung ke sana untuk menghadiri diskusi panel yang dihadiri oleh para pembicara penting dari industri game seperti Vincent Wang yang merupakan General Manager untuk PUBG Mobile.
Di sesi pertama, Vincent Wang menjelaskan bagaimana sebuah game bisa masuk ke dalam sebuah region baru melalui inovasi dan lokalisasi. Ia mengambil contoh game PUBG Mobile yang mana dikatakan terus berinovasi dan berkembang seiring waktu. Ia menceritakan bagaimana di awalnya mereka harus membawa sebuah game dengan engine untuk PC untuk dapat masuk ke dalam mobile, dan bahkan smartphone dengan spesifikasi yang rendah. Serta implimentasi suara langkah kaki yang memungkinkan pemain mengetahui dimana posisi musuh atau pemain lain secara 3D.
Kedua Wang menjelaskan pentingnya lokalisasi video game untuk sebuah region. Dan untuk wilayah Timur Tengah ini PUBGM juga melakukan penyesuaian dengan membawa semua aspek tampilan tulisan dalam gamenya dan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Arab. Namun lebih dari itu Wang menyebutkan bahwa lokalisasi bukan hanya sebatas translasi, namun juga bagaimana game tersebut memiliki “konten lokal” di dalamnya. Ditambah lagi Tencent juga berusaha untuk menghadirkan layanan pelanggan dan juga server lokal guna menunjang kenyamanan para pemainnya.
“Game menyatukan semua orang dan membawanya bersama-sama. Tidak peduli latar belakang, ataupun asalnya.” Penjelasan Vincent Wang tentang hubungan antara video game terhadap ekosistem pemainnya. Ia pun mengakhiri sesinya dengan menjelaskan bahwa dengan lokalisasi, inovasi, dan juga investasi dari industri terkait. Ekosistem gaming dapat dibangun untuk memberi “manfaat bagi semua yang ikut terlibat“.
Selain sesi tersebut, ada juga diskusi panel yang menempatkan para ahli di bidang game dan bidang-bidang terkait. Vincent Wang dari PUBG, Tom Wijman yang merupakan Analis Senior Pasar untuk Newzoo, Jim Lui yang merupakan Pengajar ahli untuk Tencent Institute of Games, Rafed Salem – Head of Localization untuk Riot Games dan juga Dr. Hock Chuan Lim, Asisten Profesor untuk Wollongong Dubai.
Dalam diskusi tersebut dibicarakan lebih lanjut potensi dari pasar gaming dalam taraf regional, dan topik lain termasuk kontribusi video game terhadap ekonomi digital untuk region tersebut. Dan terakhir dampak positif video game untuk pengembangan edukasi dan karir.
Tentunya usaha Tencent untuk merebut pasar Timur Tengah bukanlah yang pertama ini. Karena tentunya kita tahu bahwa turnamen PUBG Mobile Star Challenge tahun lalu juga diadakan di Dubai. Dan dengan keberhasilan “resep” mereka yang sudah terbukti di China dan Asia Tenggara, kelihatannya Tencent cukup yakin untuk menarik minat para investor untuk ikut berpartisipasi menaikkan industri gaming di negara para Sultan tersebut.
Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang PUBG atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A. Contact me at galihka@gamebrott.com