12 Game Online Mobile yang Berjaya di Luar Negeri Namun Babak Belur di Indonesia

Cover

Mobile tentunya kini menjadi salah satu platform terbesar gamer di seluruh dunia. Termasuk pastinya Indonesia yang kini telah didominasi oleh beragam game mobile, mulai dari offline single player hingga tentunya online multiplayer. Para developer pun kini semakin memaksimalkan game-game mereka untuk dapat dinikmati secara online mulai dari gameplay hingga bagian kecil seperti interaksi sosial, dll. Apalagi mengingat pasar mobile merupakan pasar terbesar dari industri game pada saat ini.

Tapi ternyata kenyataannya tidak seindah itu, karena beberapa game mobile pun bernasib sama dengan game online PC. Dimana beberapa game online mobile di luar sana dapat laku keras, namun di sisi lain beberapa game mobile online juga gagal melebarkan sayapnya di sini. Apakah penyebab game-game tersebut gagal di sini? Berikut daftar game mobile online yang laku di luar negeri namun berakhir sepi dan gagal di Indonesia.


Fortnite Mobile

Bernasib serupa dengan versi PC-nya ternyata Fortnite Mobile juga harus masuk ke daftar ini. Dan tentunya hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi penyebabnya, karena kurang lebih Fortnite Mobile memiliki masalah yang juga dimiliki versi PC-nya. Masuk jauh terlambat daripada pesaingnya seperti PUBGM, mekanisme yang dianggap terlalu rumit, serta dukungan dan kebutuhan hardware yang terhitung berat sepertinya menjadi tembok besar untuk menarik minat pemain mobile di Indonesia yang memang rata-rata memiliki smartphone “pas-pasan”.


Asphalt 8/Asphalt 9

Game balap online memang menjadi minoritas baik di platform PC/konsol maupun di mobile. Asphalt sendiri mungkin menjadi salah satu yang berhasil selamat dengan dapat merangkul gamer-gamer casual untuk memainkan gamenya. Namun untuk urusan online serta model gameplay yang dibatasi di berbagai aspek akhirnya membuat game ini tidak memiliki komunitas luas. Di luar negeri sendiri sebenarnya game ini masih bisa sedikit bertahan karena bahkan telah diadakan turnamen esport Asphalt, namun di Indonesia sendiri kelihatannya game ini hanyalah game balap yang diunduh karena ingin mencoba dan kemudian dihapus karena model upgrade, dan mendapatkan mobil yang menyebalkan.


Minecraft Pocket Edition

Sebelum kalian mengatakan bahwa Minecraft itu masih ramai, banyak Youtuber yang masih memainkannya, dll. Saya harus menggaris bawahi bahwa yang akan dibahas disini adalah aspek online yang ada di versi mobilenya. Di luar negeri sendiri Minecraft Mobile merupakan salah satu solusi bagi mereka yang masih ingin bermain bersama dimana saja. Namun di Indonesia sendiri kelihatannya tidak begitu karena mayoritas pemainnya kelihatannya menggunakan versi bajakan. Ya, game berbayar kelihatannya masih menjadi alergi bagi gamer Indonesia. Meskipun harganya sendiri sebenarnya tidak terlalu mahal, hanya Rp 99.000,- saja.


Old School Runescape

Untuk game yang satu ini, mungkin bisa dimaklumi bila tidak banyak gamer di Indonesia yang tahu mengenai game yang satu ini. Karena Runescape ini memang salah satu game massively multiplayer online role-playing game (MMORPG) yang muncul di awal tahun 2000-an. Dimana di masa itu kelihatannya masih sangat sedikit orang di Indonesia yang memainkan game PC apalagi untuk bermain secara online pada masa itu. Game ini sendiri masuk ke pasar mobile pada 2018 lalu dan langsung meledak karena banyak gamer di luar sana yang ingin bernostalga dengan game yang satu ini. Namun sayangnya hype game tersebut tentunya tidak dimiliki oleh gamer Indonesia.


Roblox

Banyak yang mengatakan bahwa Roblox ini merupakan kembaran dari Minecraft. Dengan gaya grafik kubistik + keluwesan macam game Lego, Roblox sendiri diam-diam muncul dan berkembang hingga menyaingi Minecraft. Bahkan tercatat jika pengguna aktif Roblox sendiri telah menyusul Minecraft di luar negeri sana. Roblox sendiri memang lebih unggul untuk urusan interaksi sosial karena basisnya yang merupakan sebuah game MMOG (Massively Multiplayer Online Game). Terlebih lagi game ini gratis dibanding Minecraft yang berbayar. Namun sayangnya game ini kelihatannya gagal untuk besar di Indonesia. Minimnya Youtuber atau Influencer yang memainkan dan memperkenalkan game ini menyebabkan Roblox tidak meledak di sini, bahkan dibanding dengan Minecraft.


Dragon Ball Dokkan Battle

Di luar negeri sepertinya segala sesuatu yang berhubungan dengan anime Dragon Ball pasti mendapat banyak perhatian. Tidak terkecuali dengan game Dragon Ball Dokkan Battle yang dirilis pada 2015 silam, dan masih tetap ramai hingga sekarang. Game ini sendiri menggabungkan banyak elemen dari tipikal game mobile seperti board game, collectible card game, dan juga puzzle persamaan warna ala Zuma. Dan meskipun mendapat sambutan yang sangat baik di luar negeri sana, game ini sendiri bahkan hampir tidak terdengar suaranya sama sekali di Indonesia. Entah karena memang pihak marketing yang tidak menargetkan wilayah Indonesia atau memang kala itu gamer di sini telah terhipnotis oleh game-game mobile MOBA dan battle royale.


Knives Out

Pertarungan dalam genre mainstream tentunya merupakan medan perang paling menyakitkan bagi game-game. Dan virus battle royale yang dibawa oleh PUBG tentunya menggoda banyak publisher untuk menjajal genre ini. Beberapa mungkin berhasil dan bahkan mampu masuk dan diterima oleh gamer di Indonesia, namun tidak sedikit yang gagal untuk mencuri perhatian gamer Indonesia terutama mobile. Salah satunya adalah Knives Out yang dikembangkan oleh NetEase. Saat diperkenalkan pada 2017 lalu, game ini bahkan mendapat predikat “Kloningan PUBG” yang menyebabkan gamer-gamer Indonesia langsung tidak tertarik dan akhirnya menyebabkan game ini mati di sini. Padahal, di luar negeri sana game ini menjadi salah satu game battle royale dengan pemain terbanyak yang bahkan mengalahkan Free Fire.


Brawl Star

Tetap mengikuti arus dan dalam zona nyaman mungkin menjadi salah satu pedoman para gamer mobile Indonesia. Buktinya sebenarnya banyak game dengan genre-genre baru yang ditawarkan oleh para publisher dan developer, namun nyatanya mereka tidak mau beralih dari genre battle royale dan moba. Bahkan ketika developer Supercell yang dulu telah terkenal lewat game-game strateginya kini berganti ke genre action shooter yang tentunya lebih fresh. Namun nyatanya game ini hanya naik ke permukaan sebentar sebelum kemudian tenggelam lagi. Padahal di luar negeri animo untuk game ini termasuk tinggi, hingga akhirnya Supercell berani untuk mengadakan turnamen esportnya yaitu Brawl Stars World Championship yang baru saja diadakan pada bulan Agustus kemarin.


FIFA Online

Game lain yang memiliki nasib sama antara platform PC/konsol dengan mobile tentunya adalah FIFA, atau di mobile ini adalah FIFA Online. Cukup aneh memang mengingat dahulu ketika jaman rental playstation masih menjadi fasilitas gaming utama FIFA atau PES merupakan menu wajib yang selalu dimainkan di setidaknya satu unit dalam rental tersebut. Namun kemunculannya secara gratis di mobile ternyata tidak serta merta membuatnya laku. Garena sendiri memang masih terus berusaha untuk mendorong game ini untuk dapat bertahan. Namun karena minat yang kini bergeser, serta update yang tidak kunjung datang di game ini membuat FIFA Online semakin dilupakan.


Clash of Clans / Clash Royale

Ada masa ketika game-game buatan Supercell ini menguasai pasar Indonesia. Tepatnya sebelum era MOBA dan battle royale ini menyerang gamer mobile Indonesia mulai beralih dari game kasual ke game yang lebih membutuhkan strategi, plus mulai beradaptasi dengan microtransaction yang sebelumnya tidak dikenal. Namun sayang kini game-game Supercell seperti Clash of Clans dan Clash Royale sudah ditinggalkan begitu saja oleh para gamer Indonesia. Meskipun game-game ini sendiri sebenarnya memiliki iklim komunitas yang sangat baik di luar, memiliki turnamen esport-nya sendiri, dan bahkan dipertandingkan di Asian Games.


King of Glory / AOV

Genre MOBA tentunya menjadi salah satu genre yang punya basis penggemar besar di Indonesia. Dan bila di platform PC dahulu pertarungan terjadi hanya antara Dota 2 dan LOL, maka di pasar mobile pertarungan yang terjadi lebih kejam. Mengingat banyaknya game yang mengambil tema serupa setelah meledak di tahun 2015-an. Dan tentunya AOV menjadi salah satu bukti nyata bahwa pasar Indonesia harus direbut dengan cepat. Telat setahun daripada Mobile Legends, AOV berusaha keras untuk mengambil hati para gamer Indo. Namun sayangnya baik Garena maupun Tencent masih belum berhasil menguasai pasar Indonesia meskipun gamenya yang di luar negeri bernama Kings of Glory / Honor of King / Penta Storm / Realm of Valour ini sangat sukses di sana.


Pokemon GO

Di urutan pertama tentunya ada Pokemon GO, yang di awal kemunculannya sangat menggemparkan dunia, sekaligus di Indonesia dimana hampir banyak orang memainkannya kala itu. Namun, sama seperti munculnya yang tiba-tiba, game ini juga menghilang dari radar para gamer tidak lama setelah hype dari game ini turun. Update yang tidak kunjung datang, serta gameplay yang mungkin dirasa ribet bagi gamer Indonesia karena harus berkeliling area secara rutin membuat game ini semakin ditinggalkan seiring waktu. Padahal di luar negeri pemain game ini masih sangat setia dan bahkan terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya fitur yang disuntikkan ke dalam game ini.


Dan itulah daftar game-game online mobile yang mendulang kesuksesan di luar negeri namun mati ketika menjajal masuk ke pasar Indonesia. Hampir mirip dengan game-game online PC yang tidak sukses di sini, game-game ini menghadapi masalah gamer Indonesia yang terlalu mengikuti tren dari para influencer, tidak memiliki loyalitas untuk mendukung suatu game, serta terlalu malas untuk mencoba sesuatu yang baru. Apalagi ada beberapa aspek tambahan lain semisal keterbatasan smartphone yang dimiliki, serta mungkin sinyal yang kurang mendukung di beberapa daerah juga membuat para gamer mobile ini kadang kesulitan memainkannya.


Jangan lupa baca juga info-info menarik lainnya tentang game online atau artikel-artikel gak umum lainnya dari Galih K.A. Contact me at galihka@gamebrott.com

Exit mobile version