Game online tentunya menjadi game yang paling banyak dimainkan oleh para gamer di seluruh dunia. Memungkinkannya interaksi dengan pemain lain di seluruh dunia baik secara kooperatif maupun duel tentunya membuat sesi gaming kini menjadi lebih seru dan ramai. Namun siapa yang menyangka bahwa ternyata pasar game online di Indonesia bisa dibilang unik, karena kenyataannya beberapa game online yang laris manis di luar negeri dengan jumlah pemain yang masif dan menjadi trending di berbagai media maya ternyata gagal total ketika mencoba masuk dan menarik minat para gamer di Indonesia. Nah kira-kira game apa sajakah itu? Langsung saja cek 12 game online yang sukses parah di luar negeri namun gagal total di Indonesia berikut:
Daftar isi
12. Hearthstone
Daftar ini dibuka dengan game kartu strategi buatan Blizzard – Hearthstone yang memiliki komunitas dan iklim eSports yang cukup baik di luar negeri. Diluncurkan sejak tahun 2014 Hearthstone berhasil menjadi salah satu game yang masih eksis hingga sekarang. Namun kelihatannya ketika game ini mencoba untuk masuk lewat Garena Indonesia ia gagal menembus minat para gamer di Indonesia. Gameplay yang terlalu “segmented” dan game rules yang terlalu rumit menjadikan Hearthstone hanya dapat menembus golongan gamer tertentu saja di sini meskipun telah mengharumkan nama Indonesia di Asian Games.
11. StarCraft II
Game berikutnya juga merupakan game buatan Blizzard, dan bahkan bisa dibilang salah satu game eSports legendaris yang telah memiliki kultur eSports sejak lama. Game ini sendiri masih diminati hingga sekarang karena originalitas dan gameplay yang konsisten. Sayangnya kemasyhuran StarCraft II ini tidak terlalu terdengar di Indonesia, padahal game ini kemarin masuk menjadi salah satu game yang berhasil masuk ke dalam Asian Games Jakarta. Dengan pencapaian StarCraft II yang mampu menjadi bagian Asian Games harusnya minat gamer Indonesia terhadap game ini bisa naik kembali, apalagi mengingat gamenya kini telah menjadi gratis.
10. FIFA 18
9. Street Fighter V
8. Heroes of the Storm
7. Destiny 2
Di luar dunia eSports, beberapa game yang sangat populer di luar negeri ternyata juga tidak mampu bernasib sama di Indonesia. Salah satunya adalah Destiny 2, sekuel dari game yang dikembangkan oleh pengembang game Halo ini sangat diminati oleh para gamer di luar negeri karena memang konten cerita maupun online yang sangat menarik dan berkelanjutan. Namun sayangnya, faktor ‘console exclusive’ pada seri sebelumnya menjadi salah satu bumerang yang menyebabkan Destiny 2 ini gagal menarik minat gamer di Indonesia yang memang mayoritas di PC.
6. Call of Duty Series
Untuk point ini kami ingin menyorot kultur eSports yang dibawa oleh Call of Duty karena diakui atau tidak game ini merupakan salah satu game yang memiliki komunitas yang cukup besar untuk eSports-nya terlepas bahwa mereka terus mengeluarkan seri baru di tiap tahunnya. Di luar sendiri dua seri COD yaitu World War II dan Infinite Warfare masih memiliki banyak turnamen dengan pemain aktif yang lumayan banyak. Namun sayangnya di Indonesia harga yang lumayan mahal dan fokusan para pemain lokal yang lebih condong menyukai COD series untuk single player campaign-nya membuat game ini kerap hanya dicari versi “tani”-nya.
5. Rainbow Six Siege
Game tactical shooter FPS milik Ubisoft ini bisa dibilang berkembang pesat di luar negeri. Konsistensi Ubisoft dengan mengeluarkan update map dan karakter baru, serta balancing diantara operator-operator yang ada membuat game ini segera memiliki event-event eSports mereka sendiri. Tapi terkena kutukan game berbayar, serta para pemain Indonesia yang menganggap keunikan tiap operator di dalam Rainbow Six Siege membuat mayoritas pemain di sini tetap setia dengan game Counter Strike:GO atau langsung menyebrang ke game-game battle royale.
4. Super Smash Bros
3. Overwatch
2. League of Legends
1. Fortnite
Itulah tadi 12 game online yang sangat laris di luar negeri namun gagal total di Indonesia. Sebenarnya game-game tadi gagal bukan karena game tersebut jelek atau tidak lebih bagus dari pesaingnya, namun lebih ke arah komunitas yang terbentuk lebih dulu, serta kecenderungan gamer di Indonesia yang selalu ikut dalam “tren” yang dibentuk oleh para influencer ketimbang melihat tren secara global membuat game-game ini memang gagal. Kira-kira apakah game-game ini bisa membalikkan keadaan nantinya?